"Silahkan mengutip sebagian atau seluruh tulisan di blog ini dengan SYARAT mencantumkan penaripena.blogspot.com"
Hai Para RECEHter... Disini Ada Mba Wiwi!!!
Rabu 29 April 2009, matahari pagi masih malu-malu menyapaku, ah aku tak terlalu perduli dengan kelakuannya itu, aku lanjutkan saja menggenjot Vespa racingku menuju ke pasar Glempang.
“Pesen satu mas!”
Ucapku sesampainya di warung bubur pasar Glempang langganan lamaku. Bubur seharga Rp. 5000 dengan porsi setumpuk yang akan membengkakakan perut itupun datang ditemani senyum sang pedagang, sejenak ku menoleh ke kanan, mataku menatap seseorang lumayan lama, dan orang yang kutatappun juga melakukan hal yang sama padaku, akhirnya dia tersenyum dan akupun tersenyum untuk dia.
“Ge… kamu masih di Purwokerto?”
Ia terlebih dulu menyapaku.
“Wiwi?”
Aku terkejut bisa berjumpa lagi dengannya setelah berpisah sekitar tahun 2005 atau 6, aku mendekatinya, menyalaminya dan tak lupa mempersembahkan senyum yang sekuat sangat kubuat indah seindah mungkin dihadapannya.
Kami berbincang sejenak, lewat percakapan mencoba mengorek kenangan lama yang tertumpuk entah dilembaran buku sejarah yang tergeletak berserak.
Allah membuka pagiku dengan sebuah anugerah ketik melihatnya, Wijayanti namanya, chemisrty UNSOED ’02. Wiwi biasa kupanggil namanya, tapi jika ingin memaggil wijay silahkan saja (Kayak manusia-manusia india saja… wijay singh! Tapi kerenjuga keg\dengerannya ya!).
Wiwi sedang mengandung keturunan pertamanya bersama sang suami bang Iwan (Bukan Iwan Fals lho!)
Wahai para RECEHter diseluruh Republik Indonesia, masa bodoh dimanapun kalian berada, jika kalian merindukan mba Wiwi, salah satu pelaku sejarah berdirinya Republik RECEH tercinta, maka sebutlah namanya disaat dia tidak ada disisimu, kenanglah jasa-jasanya disaat dia sendiri tak tahu itu, dan yang terpenting jika kalian mencintainya, heningkanlah pikiran dan batin kakian untuk sejenak, awali dengan basmallah dan berdoalah untuknya, mintakanlah supaya pernikahannya dengan bang Iwan selalu barokah dan putra mereka yang sedang dalam rahim itu dilahirkan sebagai manusia yang gigih memberatkan kalimat Laa ilaaha Ilallah di muka bumi ini, Amiin…
Aku “Kanjeng Pertama” mewakili Teater Receh mengucapkan terima kasih untuk semua dan mohon maaf untuk segala, kami selalu mencintai dan merindukanmu mba Wijay (Tanpa Singh!!!).
Purwokero, 29 04 09 08 44
09.20 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 1 Comments
Gang yang tak Pernah Sadar!
Aku hanya iseng mengambil foto ini, untuk dua foto kau akan langsung tahu tempat apa yang kupotret, namkun untuk gang yang satu… tebak saja sendiri, aku tak menemukan kata untuk menarasikan tempat apa itu, cari saja di pama Google kali aja ada, tinggal search “gang sadar”, jangan lupa pakai tanda petik biar spesifik.
Aku tidak menyuruh lho ya! Cuma mengajak untuk menolak, selamat berselancar bersama uncle google.
Purwokerto 28 04 09 09 30
09.16 | Labels: 3. Artikel, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Mantan Calon Isteriku!
Disini… ditempat inilah pernah terukir cerita cinta bersama mantan calon ibu dari anak-anakku, selma nama yang kusamarkan untuknya, wanita mulia berjilbab sempurna berdarah sunda.
“Adakah kau pernah mengenang apa yang sekarang ini sedang kukenang, mengingat apa yang sekarang ini kuingat, dan tersenyum ketika potongan episode kita kembali kuputar dalam layar tancap di pusat retina?”
Minggu 24 desember 2006 bumi kujadikan saksi, bintang kuundang datang, untuk ikut menikmati keindahan sajak yang kita senandungkan.
Aku berkata jujur pada tulisan ini seperti kejujuran lidahku padamu saat itu, kutumpahkan apa yang “semakin hari semakin menelusuk hingga ke dasar hati”, tapi engkau jangan terlampau bangga dan bahagia dengan kalimat yang kuapitkan dengan tanda petik,itu dulu sayang! Ketika kau masih sendiri dan mengangakan lubang pengharapan selebar-lebarnya untukku, sejak kedatangan sang hari ditanggal 24 bulan januari nol sembilan, namamu telah kuhapus paksa dari ingatan hati dan jiwa, meski sakit tak terkira, semua harus aku paksa dan berharap hitungan waktu akan membantu menghapusmu walaupun aku sadar tidaklah mudah untuk mencabut akar akar “selmaku” yang telah lebih dari empat putaran revolusi bumi terhadap matahari, berhasil mengakarkan namamu hingga menembus setiap sel yang berdenyut dalam tubuhku.
Terimakasihku untuk tawaranmu ketika itu, indah! Hangat dan kuat! Villa indria prana menyaksikan itu ditengah sentuhan dinginnya kuku Baturraden.
Purwokerto 28 04 09 09 24. (Kutulis ulang dari catatan kelamku ketika masih mengecap usia muda)
09.15 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Aku Kembali Menyetubuhinya.
Hampir setengah tahun kudiamkan dia, tak pernah tertegur, tak pernah disapa, dan itupun yang dilakukannya padaku, hanya diam, hanya terbisu, seolah kami berdua orang asing yang tak pernah kenal sebelumnya.
“Marahkah kau padaku, begitu jijikkah kau hanya untuk sekedar menatap wajahku?”
Lima tahun sudah kita bersama dan itu semua seolah ingin kau hapus karena setengah tahun kebekuan “diantara kita?”
Demi Tuhan, jangan kau lakukan itu, bahkan hanya sekedar terlintas dibenakpun jangan, untuk saat ini aku masih mencintaimu, untuk saat ini aku masih menyayangimu, entah esok, lusa atau minggu depan, tapi untuk kali ini… jangan kau gugat cerai aku dulu.
Hari ini, dia kembali kutunggangi, tubuhnya kembali kunaikki, ia diam, ia rela, dan ia membawaku dalam kenikmatan yang telah setengah tahun ini kutinggalkan.
Ia mengerang dalam tarikan, ia mendesah dalam tanjakkan dan iapun kembali ngos-ngosan setelah akselerasiku kuhentikan.
Kasihku… diatas sini, didinginnya hawa Baturraden… kuucap terimakasih atas rasa hangat tubuh elokmu untuk dingin tubuhku. Semoga persetubuhan ini tak pernah hilang dihari-hari yang akan datang menjelang. Aku mencintaimu!
Purwokerto 28 04 09 08 53 (Setelah setengah tahun vespaku kudiamkan digarasi, dengan sedikit biaya, dia kubawa ke dokter dan kuakhiri sakitnya, dia sembuh, dia tak lagi mogok dan dia sudah bisa kupacu hingga melewati angka seratus di speedometer perkiraanku “Vespaku tak ada speedomerternya coy, jd cuma dikira-kira”, hari ini dia kuajak jalan-jalan menaklukkan baturraden hanya dengan gigi tiga disaat motor-motor orang lain mengerang digigi dua bahkan satu.)
09.11 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Puisi Sahabat
Buka matamu...
Dan lihat apa bedanya..
Teman. . .
Kau yang mendengarkan kala lisaanku merdeka
Kau yang meminjamkan pundakmu kala lisanku meminta.
Tapi sayangnya, kau bukan teman disisi laguku
Karna kau tak layak bertahta teman dalam lukaku.
Sahabat. . .
Kau yang mendengarkan, kala lisanku terjajah tanpa kata
Kau yang meminjamkan pundakmu kala lisanku tak meminta
Kau yang tahu bagaimana caranya meneduhkanku
Dikala hujan membasahi bumi kalbuku
Dikala badai menumbangkan tiang sukmaku
Sekarang. . . berjalanlah disampingku
Karna kelak. . , saat aku terjatuh kau yang akan memapahku
Begitupun dengan dirimu.
Jangan berjalan didepanku
Karena ku tak ingin membebani punggungmu
Dan jangan pinta aku untuk berjalan didepanmu
Karena aku takkan mampu memimpin jalanmu
Berjalanlah disampingku
Untuk kita saling memapah saat rapuh mulai terjatuh
Sahabat. . .
Kau yang mengiringi aku selalu dalam senang dan sedihku
Dalam kuat dan lemahku.
Buka matamu. . .
Dan kau tlah tahu apa bedanya
Ketika kau mendengar kalbuku bicara
Dalam mutiara kata sederhanaaa yang tak ingin berdusta.
Sahabatku yang ku cinta,. . .
Ukhuwah ini selamanya. . .
Medan, 8 februari 2009
By “Yui” at lulu-yui.blogspot.com
09.10 | Labels: 1. Puisi, Pena Langit Senja | 1 Comments
Apa yang Harus Kanda Lakukan?
“Apa yang akan dinda lakukan, jika hasutan Iblis lebih pekat terasa daripada iman dinda yang sedang mencari?”
Itulah sebuah tanda tanyaku hari ini, kulayangkan tanya itu keudara, hingga harapan akan membawanya pada kasihku yang terpisahkan jarak.
“Jika kita mengikuti Iblis, kita memilih jalan Fujur, padahal banyak keberuntungan bagi yang mensucikan diri, Istighfar…”
Kuheningkan batinku sejenak untuk menyelami makna yang id rajut dalam sulaman kata.
“Aku khawatir atas kesabaranku sendiri, ketika rasa lelah menanti lebih cepat daripada hentakan denyut nadi, sementara disampingku tak ada orang yang menemani, dan tak tau keadaanku, apa yang harus kulakukan?”
“Yakinlah kanda, jiwamu akan kembali tegar… yang ananda dan kanda bisa lakukan hanyalah bertahan, atau jikapun terjatuh, berusahalah untuk tidak terlarut, bangkitlah segera, karena ujian hanyalah sebagian kecil dari episode hidup, tak pantas kita berburuk sangka pada-Nya, karena masih terlalu banyak nikmat-Nya yang kita sia-siakan, karena masih banyak orang yang menyayangi kita, insay Allah…”
Purwokerto 15 04 09 19 31 (Terimakasih Tuhan, telah menjawab dengannya untukku).
09.07 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Tapi Anak Saya
Aku berdiri, berbincang dengan salah dosen “teman akrab berantemku” dulu ketika masa kuliah S1. Tiba tiba beliau melirik ke arah belakangku.
“Bu! Ni ada anak buahnya!”
Beliau yang terpanggil ibu tersebut memotong pembicaraan
“Bukan anak buah, tapi anak saya!”
Sembari tersenyum beliau berhenti dihadapan kami.
“Gerry lagi disini? Sehat? Kapan Ke Jogja?”
Purwokerto, 03 04 09 10 00 (Bu… ketika sisi hitamku muncul dan menguasai, pertolongan itu datang ketika kulihat paras teduhmu, ketika itu juga sisi hitam itu seolah menggelepar malu, namun tanyaku… sampai kapan ia akan tergelepar? Aku tak tahu!)
09.06 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Mimpi. . .
Semalam itu sepertinya mimpi
aku bertemu lelaki tua,
bertopi,
caping,
compang camping...
Matanya belekan,
rambutnya uban,
kulitnya hitam,
Dekil...
Tongkatnya dari kayu,
kantong kresek,
bajunya goni,
celananya spanduk
alaskakinya...
Kulit...
Ahh,
miris. . .
Dia mencariku,
menyebut namaku dengan benar,
komplit,
fasih...
Aku tak mengerti,
sepertinya aku bermimpi...
Semalam itu...
Ahh,
bapak tua menghampiriku,
menunjukkan gambar tua
photoku yang baru kucetak kemarin...
Menunjukanku
aku mengangguk...
Aku tak mengerti,
sepertinya aku bermimpi...
Semalam itu,
ahh,
bapak tua tersenyum
aku tersenyum...
Bapak tua berkata
"aku adalah masa tuamu, aku datang dari masa depan, berusahalah, takdir itu dapat berubah, jangan biarkan masa depanmu menjadi aku..."
aku tak mengerti
sepertinya aku bermimpi...
Semalam itu,
ahh,
bapak tua pergi,
photoku kupandangi,
lusuh,
sudah tua...
Aku menampar pipiku keraskeras
"ARGH !!!"
aku menjerit ,aku kesakitan
tubuhku dilantai
ditanganku ada photoku
photo tadi,
photo kemarin,
masih baru...
Aku tak mengerti,
sepertinya aku bermimpi...
Semalam itu...
Ahh,
ternyata benar,
hanya mimpi. . . Read More...
23.59 | Labels: 1. Puisi, Pena Choop | 0 Comments
MOTORku resmi bernama "SRI"
berawal dari sbuah obrolan dengan ... Kawanku .Entahlahh siapa,aku sudah lupa.
"minggirin nih motor ijo. . .Siapa namanya..."katanya
"punya gue" ,aku
"siapa nama motor loe?"
aku lama diem ,memikirkan.Iya yaa,keren juga kLo si ijo punya nama. "ijo"?Ahh,ga kreatif.
"kalo motorku jhoni.Jdi tiap mu nyuci mtor aku bilg."ayo jon,mandi dulu...aku mandiin"" dia menghilangkan lamunanku akan nama.
"ihh ,bAkat hoMBreng loe .Gue doNg ,mtor gue namanya SRI... Iya, sRi !!! Jadi tiap dicuci."ayo sRi,mandi dulu.Mandi BAreng .Nanti aku saBunin kmu.Aku eluselusin kamu.Ayo copot dulu dalemannya (tett tott!!!)".Begitu.Pan lebii roMantiC rHapSodii"
dan aku lalu pergi .Ke kosn Pitaloka yang katanya ank"nya pada mu pindah cz ibuny bAW*l.(bukan jenis ikann).
Si dinda pen mjem mtor ama mb dEdhe.Mu k elizaBeth.Cz mbk dEdhe kena pnykit kulit sjenis sipilis (tet tott!!!)
DEngan terHormatnya aku ngmg
"jagain si sRi yaa...Dia tdi paGi bAru aku mandiin..."
dinda dan mbk deDhe saling pandang.Bingung. . .
Cerita itU bLalu .
Mtor udh bAlik dg bensin namBah plus dpet jatah suP buah berdurenn.Mu pulang ,mlwati orange kost.Tnyta ada gHani n cHoco si bRandal dari bAtang sdang btamu.
Aku mampirR...
Dan dg bAngganYa. . .Aku mCritakan laGi periHal si SRI. . .
Dan pas aku mau pulang .DEngan ikLasnya...Mbk wahYu ama dEphoy(yg dikunjungi cHo n gani=pengHuni orange) melamBai padaku,aku pun melamBaii
"thatha SRI ..."
whattt???
mOtorKu jauh punya pamOrr. . . Read More...
23.05 | Labels: 2. Cerpen, Pena Choop | 1 Comments
B
semalam tadi. . .
aku
aku
aku. . .
Aku bAgai seorang pSakitan yg haus akan makna. . .
Makna hidup,
makna mati.,.
Aku merindukan aku
aku merindukan obsesiku
aku merindukan mimpiku
aku merindukan obsesiku
aku merindukan imagi liarku
aku merindukan maha karyaku
tapi otakku tercegat belenggu
Belenggu. . .
Entah,
aku tak mengerti... Read More...
23.05 | Labels: 1. Puisi, Pena Choop | 0 Comments
Kayaknya Sih Curhat
nggak itu ujian sekolah, ujian hidup, bahkan ujian cinta...
semua susah...
haaaaaa,,,,...
eh, ada lagi ujian yang susah...
ujian persahabatan juga susah...
entah kenapa...
setiap persahabatan yang aku jalani terasa amat menyakitkan, dari ditinggalkan, dihianati, dicampakkan, bahkan dicintai oleh sahabat. aku pernah punya sahabat yang amat aku sayangi, aku percaya padanya dan mungkin ia jg percaya padaku. kenapa aku bilang mungkin karena memang aku tak pernah tau apa di percaya padaku atau tidak. persahabatan yang manis sampai suatu hari dia menghianatiku. tapi aku tak pernah benci dengan penghianatannya. aku tetap menyayanginya dan menganggap dia sahabat walaupun dia telah begitu tega menghianati kepercayaanku...
aku cuma pingin bilang sama dia...
aku tetap sahabatnya walaup apapun yang terjadi... Read More...
14.51 | Labels: 2. Cerpen, Pena Lies | 2 Comments
Gak dikasih judul
bukan, bukan air putih
susu sapi ?
Aku gak suka
mau minum
alkohol ?
Aku gak mau mabok
aku mau minum
dahagaku tak tertahan lagi
es teh ?
Aku takut dingin
teh panas ?
Terlalu panas untukku
lalu apa mau mu ?
KERTAS !!
Lalu ?
Tinta !
Aku mau minum
aku haus
haus akan tarian diatas kertas putih terlihat suci
aku mau minum
minum banyak tinta
kemudian ku menari diatas ribuan kertas dan memberi makna pada dunia
*salam penari pena* Read More...
21.15 | Labels: 1. Puisi, Pena Sashca | 3 Comments
Namaku...
Assegaf
Ya, assegaf…
Betul, assegaf
Ohh
Perlu diulangi ???
Hmmm
Baiklah…
Nama gue assegaf
Ia benar
Assegaf
Kenapa ???
Ada yang salah ?
Ohh
Perlu dieja…
A-S-S-E-G-A-F
Assegaf
Betul…
Saya seorang hebat
Saya penulis yang hobi belajar metematika…
Kenapa ?
Kenapa anda berdecak kagum ???
Bukan !!!!
Saya bukan penulis rumus…
Bukan penulis hebat…
Bukan penulis handal
Saya…
Tidak !!!
Tolong jangan samakan aku dengan penemu rumus kalkulus…
Apalagi dengan bang abib
Pencipta ayat-ayat cinta
Tidak
Saya tidak mau…
Jangan bayangkan bagaimana saya
Hanya penulis bodoh
Bukan,
Bukan kambing jantan
Saya penulis bodoh
Tak sesuai dengan hobi saya
Apalagi
Nama
Yaa
Nama gue menjebak
Tapi gue bodoh
Tolol
Tak terpandang
Taoi mencoba hebat
Namaku assegaf…
Yaa
Assegaf Read More...
15.48 | Labels: 1. Puisi, Pena Choop | 1 Comments
Inilah Para Penari Pena itu!
Bagi anda semua yang selama ini terus mencari-cari hingga putus asa menjelma menyesakkan seisi dada dan pertanyaan siapa para Penari Pena itu tak pernah menemukan jawabnya, ini kami berikan jabawan itu GRATIS untuk anda, namun ada dua Penari Pena yang lain yang tidak terlihat di gambar (Mungkin takut blits kameranya mantul, hehe... peace!), jika anda penasaran ingin tahu siapa kedua orang itu, silahkan KETIG REG (spasi) WETENG IRENG, kirim ke manapun anda suka, dan Prof. Sumanto Dll. Dst. (pakar ahli terapi jiwa dari Purbalingga Banyumas) akan memberikan jawaban seputar asmara, keuangan dan all about canibalism.
Purwokerto, 17 04 09 21 43 (Selamat memeluk usia baru buat sohibku Aprilia...)
21.30 | Labels: 3. Artikel, Pena Kun-Geia | 3 Comments
Rohis Writting School
Unit Kerohanian Islam MIPA Universitas Jenderal Soedirman bekerjasama dengan KPP (Komunitas Penari Pena) mengadakan acara Rohis Writting School (RWS) dengan tema "MENDADAK NULIS?", sebuah acara berbasis training dalam dunia tulis-menulis, apresiasi dan semangat peserta patut diberikan pujian walaupun beberapa dari mereka masih malu-malu untuk membacakan hasil tarian pena mereka yang DIDADAK NULIS di "Laboratoriu RWS". semoga ilmu yang telah kita praktekkan di laboratorium RWS bermanfaat, barokah dan menjadi peantik untuk meledakkan potensi tarian pena anda semua.
21.04 | Labels: 3. Artikel, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Namanya
Mungkinkah
suara Tuhan
menjelma
dalam angin
untuk membisikkan
namanya
ke dalam
gendang telinga
hatiku?
Purwokerto 14 11 07 10 22 (Sekedar menulis ulang catatan bersejarahku)
23.47 | Labels: 1. Puisi, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Hawa Hatiku
“Hidupku dalam keadaan koma, kosong seperti hidup Adam di Surga, ketika akuk melihat Selma berdiri dihadapanku seperti berkas cahaya. Perempuan itu adalah Hawa hatiku yang memenuhinya dengan rahasia dan keajaiban dan membuatku paham akan makna hidup.” (Kahlil Gibran)
Purwokerto, 15 04 09 19 45.
23.47 | Labels: PENA Kahlil Gibran, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Apa yang Harus Kanda Lakukan?
“Apa yang akan dinda lakukan, jika hasutan Iblis lebih pekat terasa daripada iman dinda yang sedang mencari?”
Itulah sebuah tanda tanyaku hari ini, kulayangkan tanya itu keudara, hingga harapan akan membawanya pada kasihku yang terpisahkan jarak.
“Jika kita mengikuti Iblis, kita memilih jalan Fujur, padahal banyak keberuntungan bagi yang mensucikan diri, Istighfar…”
Kuheningkan batinku sejenak untuk menyelami makna yang id rajut dalam sulaman kata.
“Aku khawatir atas kesabaranku sendiri, ketika rasa lelah menanti lebih cepat daripada hentakan denyut nadi, sementara disampingku tak ada orang yang menemani, dan tak tau keadaanku, apa yang harus kulakukan?”
“Yakinlah kanda, jiwamu akan kembali tegar… yang ananda dan kanda bisa lakukan hanyalah bertahan, atau jikapun terjatuh, berusahalah untuk tidak terlarut, bangkitlah segera, karena ujian hanyalah sebagian kecil dari episode hidup, tak pantas kita berburuk sangka pada-Nya, karena masih terlalu banyak nikmat-Nya yang kita sia-siakan, karena masih banyak orang yang menyayangi kita, insay Allah…”
Purwokerto 15 04 09 19 31 (Terimakasih Tuhan, telah menjawab dengannya untukku).
23.45 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Penghambat Kreativitas Menulis
Pakar kreativitas Dr. T. Amabile menggambarkan lima penghambat kreativitas menulis: pengawasan, penilaian, penghargaan, tekanan dan persaingan.
Purwokerto, 11 04 09 19 04
07.36 | Labels: 3. Artikel, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Madrasah Pena Pelajaran 4
Ketemu lagi di madrasah pena, kini kita akan beranjak pada pelajaran 4, Insya Allah madrasah pena akan hadir setiap bulan satu kali di awal bulannya, maka jangan lewatkan blog penaripena disetiap awal bulan! Siapkan dulu pena dan kertas kosongmu!
Untuk membebaskanmu dari kekuasan hakim (sugesti) pribadimu, smbil selembar kertas kosong, selama tiga menit atau lebih tulislah setiap pikiran negatif yang muncul dibenakmu tentang menulis, tentang dirimu dan tentang hidupmu. Tulis sebanyak-banyaknya, jangan mencemaskan tata bahasa, ejaan, tanda baca atau akal sehat. Jika kamu macet, tuliskan saja “tak terpikir, tak terpikir, tak terpikir sampai kata-katanya muncul lagi dikertasmu.
Saat waktunya habis, sobeklah kertasnya hingga jadi serpihan kecil. Katakan kepada para hakimm “kalian sudah selesai, saya tidak perlu kalian lagi”. Menyobek semua pernyataan negatif tentang dirimu akan membantu menghapuskan seuara-suara kritis dari kepalamu.
Apa yang kamu lakuan dengan kertas yang sudah disobek? Lemparkan ketempat sampah, kubur, atau sebarkan dikamarmu bagaikan taburan kertas di pesta, kemudian tariklah napas panjang, bersantai, dan mulailah menulis lainnya.
06.44 | Labels: 4. Pena Laboratory, Pena Kun-Geia | 0 Comments
24 Halilintar
Dengan sebuah payung hijau yang kupinjam dai ibu kostku, Aku berjalan keluar dari rumah di jalan kenanga Grendeng menuju ATM Bank BNI cabang UNSOED Purwokerto, sepeda bermotorku ditakdirkan untuk beristirahat karena mogok untuk berjalan, padahal jarak antara kedua tempat kira-kira sekitar satu kilometer atau kurang malah. Saat itu Hujan menghujam bumi dengan derasnya, aku terus melangkah dengan sebuah kebutuhan yang tak bisa ku delay untuk segera mencapai ATM.
Mataku beberapa kali terpejam, degup jantungku benar-benar tak karuan, dari pertama kali kumelangkah keluar menuju ATM hingga aku kembali lagi kerumah, kumenghitung jumlah kilatan cahaya yang terpancar dari gesekan halilintar dengan udara diatas kepala tidak lebih dan tidak kurang dari 24 sengatan, diikuti dengan gelegar suara yang menciutklan hati siapapun yang mendengarnya.
Ya Rabb, jikalah ketika itu Engkau menghendaki satu saja halilintar-Mu menyentuh ubun-ubunku, terntulah saat ini aku sedang mengerang di ICU RS DR. Margono Purwokerto karena seluruh badanku hangus terbakar, atau mungkin sekarang aku sudah berbalut kafan dengan lantunan yasiin dari para keluarga dan tetangga mengantarku menutup usia.
Rabb. Maafkan aku yang terlalu sering menyakiti hati-Mu dengan dosa-dosaku, terimakasih Engkau telah mengingatkanku dari nista durja dengan 24 halilintarmu diatas kepalaku.
Puewokerto, 11 04 09 17 30.
06.43 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Mempertemukannya denganku
Perasaan bahagia membahana
Terurai memuncaki diri
Ia datang memberi jawab
Semua rindu yang selama ini mendekap
Laksana buah anggur yang ranum
Tak sabar terpetik tuannya
Nama itu tercium begitu harum
Hadiah cantik atas panjang penantiannya
Luka kini menjelma gembira
Sedih berujung kasih
Kecewa melahirkan cinta
Karena sakit tidak lagi menjangkit
Merubah rindu semanis madu
Sesungguhnya Allah telah mempertemukannya denganku
Hingga bisa kurasakan apa yang Yakub as rasakan
Ketika dipertemukan dengan sang putra Yusuf as
Setelah sekian lama penantian
Karena itu juga yang sedang kurasakan sekarang.
Purwokerto 19 05 08 20 30 (Kutulis ulang 11 april ’09 saat kutelah mengenal nama itu)
06.43 | Labels: 1. Puisi, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Map of Bones
Judul Buku :Map of Bones (Peta Tulang –Belulang) – International Bestseller/ telah terbit lebih dari 25 Negara
Penulis :James Rollins
Penerbit :William Morrow, New York (2005),, Rajut Publising, Jakarta (2007)
Tebal buku :774 halaman.
Sebuah kejahatan berdarah, dengan konsekuensi yang tak terpikirkan dan tak terhindarkan terjadi. Dalam sebuah misa di Katedral Koln, Jerman, sekomplotan penjahat dalam balutan jubah biarawan menyebarkan teror dan pertumpahan darah, dengan semena-mena membantai para jemaat dan pastur. Para pembunuh tersebut tidak memburu emas dan karya seni berharga yang terpampang di katedral, tetapi sebuah harta tak ternilai yang tersimpan disana: tulang belulang Ketiga Magi, yang pernah menyampaikan enghormatan kepada bayi Sang Juru Selamat. Meninggalkan kekacauan yang mereka tebar, para penjahat itu mendapatkan benda yang dapat mengubah bentuk dunia.
Apa kata mereka:
“Thriller beralur cepat ini begitu mendebarkan. James Rollins benar-benar berada di puncak performanya” Steve Berry, penulis bestseller, Amber Room dan The Romanov Prophecy.
“Untuk memperkuat argumennya di bidang sejarah, Rollins mempekerjakan kelompok riset, dialog-dialog dalam novel ini mengalir lancar dan kejadian-kejadian di dalamnya masuk akal dan menarik. Para penggemar berat Dan Brown akan memberi hormat pada Rollins” Publisher’s Weekly.
“Rollins menulis dengan cerdas, cermat dan jenaka” Kirkus Review.
“Rollins mempersembahkan sebuah kisah petualangan laga yang fantastis pada penggemarnya yang menantiak cerita suspens beralur cepat” Booklist.
“Rollins memadukan misteri dan ketajaman riset ala Dan Brown dengan aksi memicu adrenalin ala Clive Cussler, menjadikan buku ini sebuah thriller memikat yang akan membuat anda terperangah” Jack Du Brul, Penulis bestseller buku Deep Fire Rising.
06.41 | Labels: 5. Resensi, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Ini Postingan Ke-100
Alhamdulillah, Puji syukur padamu Rabb, sampai detik ini Engkau masih memberikan izin-Mu untuk tangan, mata, otak dan hati kami hingga saat ini kami bisa mempostingkan tarian pena kami yang ke-100, semoga tarian pena kami terus bisa melahirkan berjuta karya lain yang lebih merdeka, jujur dan indah serta barokah memberikan manfaat untuk penari dan penikmat buah pena kami, sekali lagi thanks Rabb, You're the Best!
Purwokerto 12 04 09 07 40
06.40 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Aku Seorang Pendosa Nista
Setiap kupeluk dosa, setiap itu pula empat hal menjerit dan lari terbirit-birit menjauhiku bagaikan sekelompok kijang yang melihat sekawanan harimau betina dihadapannya,
Yang pertama adalah Ilmu, ketika ku melakukan dosa, ilmu kembali terbang melayang mencari tuannya yang lebih bersih hati, padahal ia sudah menepi untuk bersemayam dalam qolbu.
Kedua, rejeki yang sudah dihantarkan malaikat pembawanya hingga diujung bibirku, kembali ditarik untuk ditunda atau malah dibatalkan pemberiannya karena aku lebih mementingkan nafsu dalam dosa daripada cinta dan takutku pada Yang Maha Kuasa.
Ketiga, setiap ku melakukan dosa, maka setiap itu juga kesehatan akal pikirku terganggu kesehatannya, karena akal makin tak mendapatkan kepercayaan, padahal ia telah menakar mana yang baik dan mana yang buruk, tapi aku lebih mementingkan hawa nafsu, hingga akalpun mulai kehilangan kepercayaan dirinya.
Terakhir, yang menjerit dan pergi meninggalkan ketika ku berbuat dosa adalah rasa malu, rasa malu justru merasakan malunya jika ia masih bersemayam pada orang yang sedang melakukan dosa tanpa rasa malu, padahal ia tahu Tuhan Maha Melihat, Ia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui apa yang terbisik di dalam hati, oleh karena itu hilanglah rasa malu ketika pendosa lebih menghormati dosa-dosa dengan melakukannya ketimbang sadar bahwa ia terus diawasi dan dicatat.
Mesjid Fatimauzzahra Purwokerto, 10 04 09 13 30 (Khotib jum’at menjadi perpanjangan lisan Tuhan untuk mengingatkanku
06.39 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Sekedar Menulis Maja
Maukah kau menjadi yang pertama ada
Disetiap pagi kumembuka mata?
Bumiayu, 06 04 09 09 31
06.37 | Labels: 1. Puisi, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Search
- Menjadi seperti anak kecil
- Dahsyatnya Bershalawat
- Raja Diraja
- Melihat Rasulullah dalam Tidur
- Selamat Ulang Tahun, Wahai kasihku Rasulullah….
- 70 Malaikat perlu 1000 hari untuk menulis pahala amalan ini
- Diberikan kunci Surga dan diharamkan dari api neraka, mau?
- Ketaqwaan yang Aku Cari, Bukan Kata Kata Basi
- Kata Maestro Sastra Indonesia; Ini BENCANA Besar!
- Wahai Kekasihku
- Proses Kreatif Pembuatan THE LOST JAVA
- Lomba Renensi THE LOST JAVA
- The Lost Java - Kun Geia
- THE LOST JAVA - Testimoni Rini Selly
- THE LOST JAVA - testimoni Dila Saktika Negara
- 1. Puisi (89)
- 12 rabiul awal (1)
- 2. Cerpen (61)
- 3. Artikel (30)
- 4. Pena Laboratory (4)
- 5. Resensi (7)
- 6. Download (2)
- Dzikir (1)
- Fiksi (2)
- Indonesia Bershalawat (5)
- lomba (2)
- muaulid (1)
- Muhammad (1)
- Novel (2)
- Pena Chiaki (1)
- Pena Choop (4)
- Pena Depiyh (15)
- PENA Kahlil Gibran (3)
- Pena Kun Geia (1)
- Pena Kun-Geia (153)
- Pena Langit Senja (7)
- Pena Lies (5)
- Pena Mei (7)
- Pena Sashca (5)
- PENA Tere-Liye (4)
- Rasulullah (1)
- The Lost Java (1)
Arsip
- November 2020 (4)
- Oktober 2020 (1)
- Agustus 2019 (2)
- Februari 2015 (1)
- Mei 2013 (1)
- Agustus 2012 (1)
- Juli 2012 (2)
- Juni 2012 (1)
- April 2012 (2)
- Desember 2010 (1)
- Agustus 2010 (2)
- Juli 2010 (7)
- Juni 2010 (1)
- Mei 2010 (1)
- April 2010 (2)
- Maret 2010 (5)
- Februari 2010 (6)
- Januari 2010 (1)
- Oktober 2009 (3)
- September 2009 (6)
- Agustus 2009 (16)
- Juli 2009 (15)
- Juni 2009 (8)
- Mei 2009 (7)
- April 2009 (26)
- Maret 2009 (15)
- Februari 2009 (34)
- Januari 2009 (22)
- Desember 2008 (1)
- November 2008 (6)
- Oktober 2008 (19)