"Silahkan mengutip sebagian atau seluruh tulisan di blog ini dengan SYARAT mencantumkan penaripena.blogspot.com"

Terlihat seperti yang terlihat

Entah...
tersentak atau apa yang terbesit anganku dibawa jauh melayang akan topik kejanggaalan menjelang malam yang se,estimya lelapkan tidurku tanpa tanda tanya.huft....
coba, apa yang kalian perlirakan tetang kejanggalan itu?
Hmm... aku berdecak lirih
"Haah?!" berlanjut pertanyaan singkat kian muncul menderu pikirannku.
"Apa?"
Lengkingan suara dri kejauhan sayup terdengar namun kian menjadi jelas terdengar dengan desah kebingungan yang tampak tak da ritmenya.
"Ani,Ami,Ami,..... kamu siy mau kemana malam-malam?" tanya nopi.
Dentingan jam dinding teriuh empat kali ketukan panjang berbunyi itu pertanda menunjukkan tepat pukul 21.00
Namun pertanyaan itu, kuahiraukan tak kugubris sebab diriku sedang asik menikmati acara tontonan di televisi.
lalu....Datang nopi menghampiriku....
dengan wajah kening dikerutkan sambil bola matanya meliat ke segala penjuru arah dan hembusan nafasnya yang tersengal sembari melontarkan pertnyaan "Ami kamu kok di ruang televisi? kamu kok pakai celana panjang dan kaos??"
"iya , aku dari semenjak jam 19.30 telah stand by di depan televisi sambil menyantap makan malam.hehe" jawab ami.
"haah??Terus... yang tadi , yang tadi... keluar dari pintu kostan siapa??Bener dech... tadi aku ngeliat kamu, ami....!!" dengan penasaran, novi kian mereka-reka kejadian yang dialaminya.
Aku pun dijak oleh nopi tuk terlibat langsung memaikan peranan dalam rekontruksi kejadinya . aki diminta tuk berdiri dan mengikuti instruksi darinya.
nopi pun memberi contoh kepadaku, aku disuruhnya untuk berjalan di depan kamar dia saat dia sedang mengerjakan tugas dalam laptopnya.
"Aku jelas, banget meliat kamu ami...pakai rok warna cream dan pkai kemeja dengan rambut ikal terurai pnjang se-pundak seperti kamu.suer.serius.aku tuch lagi sdar.dan gag ngantuk!!!AMI...."bela nopi.
"iaA,aku gag tau.Yang jelas dari tadi aku di ruang.Televisi dan dari tadi pula gag ada yang keluar pintu kostan"
"HwaH....siap sih iaa....yang tadi aku liat?" cemas nopi.
"Leny.leny....aku tidur sama kamu iaA."Pinta nopi.
iaph.begitulah singkat peristiwa kejanggalan yang berakhir rasa takut nopi.

Read More...

^_^ Jangan Berhenti Berharap ^_^

Bercerita tentang masa lalu, masa sekarang, & masa depan. Masa lalu adalah kenangan, masa sekarang adalah tantangan, masa depan adalah harapan. Masa lalu dihiasi dengan beragam cerita. Tentang keluarga, teman, sahabat, dan masih banyak kenangan lainnya. Semua kenangan itu baik manis maupun pahitnya terkadang membuat kita berfikir & tersenyum ketika memikirkannya. Masa sekarang, ketika semua masalah harus dihadapi dengan pikiran jernih & harus sebisa mungkin diselesaikan dengan baik merupakan tantangan hidup yang menghubungkan kita menuju kedewasaan. Dulu, aku tak ingin menjadi dewasa karena menurutku orang dewasa itu rumit & penuh masalah. Tapi, ketika hampir 21 tahun kumenjalani hidup, aku sadar kedewasaan itu muncul dengan sendirinya ketika harus mencari solusi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang hadir sebagai penghias kehidupan.
Masa lalu & masa sekarang merupakan cerminan masa depan yang berupa harapan. vHarapanku antara lain sukses dunia akhirat, menjadi kebanggan ibu & keluargaku, cepat-cepat lulus kuliah & meraih beasiswa ke Jepang. Semoga harapan-harapan itu bukan hanya sekedar harapan. Aku selalu meyakinkan diriku,”Jangan menyerah Mey, jika apa yang kamu harapkan hanya sekedar harapan, jangan pernah putus asa karna asa itu masih dalam genggaman Allah dan genggaman itu akan terbuka suatu saat nanti. Rencana Allah lebih indah dari rencana-renacana manusia. Berusaha dan berdoalah dengan harapan doa itu akan dikabulkan oleh Allah, selalu sabar dan ikhlas serta semangat!^_^”
Jangan pernah berhenti berharap kawan, semua pasti ada jalannya karna Allah sayang dengan hamba-hamba yang mengingat-Nya. Apa pun yang terjadi, tetap tersenyum dan semangat!^_~

Read More...

Cerita Pendek

Bagaimana andainya kau jadi gadis yang berada di simpang jalan, mau bilang ini takut salah, mau laju kesana takut berdosa, padahal semua ujung jalan itu adalah segala yang ia cintai, segala yang ia sayangi. Begitu yang dirasa Lasmi, tetanggaku. Ia dilamar oleh dua pria. Satu tetangganya, satu seorang sarjana dari kota. Kalau ia pilih tangganya, ia yang ingin pergi dari kampungnya yang dirasanya sudah sumpek tak bisa terlaksana karena tangganya itu orang yang tertutup dan sayang orang tua, tak hendak ia membawa istrinya pergi merantau jika itu membuatnya jauh dari orang tua.
Sayangnya orang tua Lasmi menginginkannya jadi mantu. Si tangga itu memang teman sepermainan Lasmi, dan dulu pernah dicintainya, tapi kini ketika Lasmi sendiri tau sifat dasar si tetangga, cintanya luntur seketika.
Si sarjana dari kota lain lagi, ia cinta pada Lasmi setulus hati, sayang orang tua Lasmi tak setuju akan hubungan mereka. Lasmi kenal si sarjana belum lama, tapi ia yakin si pria itu punya pandangan luas, ia bisa membawa Lasmi melihat dunia. Sesuatu yang tabu buat para wanita di desanya buat berpikir berjauhan dari rumah asal mereka, tapi buat Lasmi, itu lah tujuan hidupnya.
Si pria sarjana selalu mengajaknya bercerita tentang kota dan gedung tinggi, gunung yang belum pernah didaki siapapun, juga air terjun dan laut yang hanya pernah didengar Lasmi dari dongeng desanya tiap kali mereka bersua. Lasmi kian tertarik, tapi rasa cintanya pada orang tua ternyata tak merelakan ia pergi. Aku harus bagaimana….pikirnya. aku tak yakin aku cinta pada si sarjana, tapi ia berikan banyak harapan yang selama ini hanya harapan kosong buatku, sementara tanggaku, ah…aku tak yakin bahwa nantinya setelah menikah apa aku akan dibolehkan keluar dari rumah sekalipun, aku sendiri tak pernah melihat ibundanya keluar dari rumah karena aturan keluarganya yang sangat ketat. Bagaimana bisa orang tuaku mengizinkanku menikah dengan pria macam itu, apa karena ia punya tanah luas berhektar-hektar? kupikir orang tuaku tak sebuta itu pada uang. Minggat bersama si sarjana juga bukan pilihan yang baik, pada siapa aku harus menuntut jawaban…apa aku harus bertanya pada Tuhan?
Tapi bercakap begitu bagaimana caranya…apa aku mesti mati dulu? Ah Lasmi, esoknya ia tergeletak tak bernyawa di kamarnya, minum racun. Yah…mungkin sekarang ia sudah tau jawaban dari Tuhan…sayang ia tak bisa kembali karena sore itu juga ia dikubur dengan isak tangis ayah, ibu dan si sarjana, sedang si tangga, ia bahkan sudah mencari calon lain semenjak surau di kampung menyiarkan kematian Lasmi. Malangnya..

Read More...

sebuah alasan...

Ada yang bertanya mengapa saya menulis. Saya ingin menulis karena ada sesuatu yang menggelegak dalam hati saya. Ia ingin dikeluarkan. Ia tak ingin terkungkung. Jika ia tidak dikeluarkan maka akan menjadi penyakit dalam diri saya. Akhirnya ia akan keluar dan mengalir layaknya sungai – sungai yang menuju ke lautan karya saya. Ia adalah emosi, perasaan, pemikiran, dan kreatifitas saya.

Ada yang menantang dengan bertanya, apakah saya penulis? Awalnya saya merasa bukanlah seorang penulis. Saya merasa belum pantas disebut sebagai penulis. Karena saya tidak konsisten menghasilkan tulisan. Tulisan saya pun belum terbit di media. Tapi satu hal yang saya pelajari tentang sugesti. Bahwa sugesti dapat mengubah mimpi menjadi realiti. Maka saya pun memformat sugesti dalam kepala saya. Berulang kali mengatakan bahwa saya adalah penulis. Saya adalah penulis. Karena saya harus menulis. Agar suatu saat saya dapat benar – benar menjejak di bintang impian saya untuk menjadi seorang penulis. Maka saya pun menjalani semua konsekuensi dari sugesti tersebut. Mulai mendisiplinkan hati untuk merasa lebih dalam. Mulai menarikan pena untuk menorehkan karya lebih banyak. Mulai memandang ke segala arah untuk memetik ribuan ide. Karena saya adalah penulis.

Lalu ada yang berkata menulis itu tidak penting. Yah, terserah siapa pun itu. tapi bagi saya menulis adalah wadah. Yang dapat menampung seberapa besar dan seberapa beratpun emosi saya. Menulis adalah cermin. Tempat saya dapat berkata pada diri saya lewat tulisan – tulisan saya. Karena tulisan saya adalah diri saya. Maka ia juga harus jujur dan merefleksikan diri saya yang sebenarnya. Menulis menjadi penting bagi saya sebagaimana kekasih begitu bermakna bagi sang pencinta. Maka saya akan terus menulis. Meski sekedar emosi saja yang tertuang padanya.

Ada yang berkeluh, menulis itu tidak menghasilkan. Dari tulisan – tulisan saya saya dapat memperoleh kekayaan. Kaya karena memiliki jutaan ide. Karena saya dapat membagi sebanyak mungkin. Karena saya dapat melihat lebih jauh ke depan. Dan saya mengharapkan pula tulisan – tulisan saya dapat menjadi kontrol bagi diri saya pribadi. Karena tulisan saya menjadi pintu bagi orang lain untuk mengetahui saya. Karena tulisan saya dapat menjadi cambuk bagi saya jika suatu saat saya lupa akan pentingnya kejujuran dari seorang penulis dalam berkarya.
Keinginan terakhir saya adalah dapat menulis jutaan karya. Bukan hanya banyak dari segi kuantitasnya namun juga kualitas yang tak terbatas. Yang dapat mengetuk jutaan sanubari untuk meresapi kebesaran- Nya. Yang dapat memberi makna di setiap keping hidup mereka.

Maka saya akan tetap menulis. Meski jemari saya terkikis.

Read More...

aku dan tulisan ku

Menulis karena suka menulis. Bagiku cukup dengan satu kata, ‘suka’, aku bisa menggerakkan jemariku menarikan sebuah pena mengikuti alunan nada – nada suara hati yang terurai menjadi berbait – bait kalimat. Aku suka menulis walau tulisanku tak seindah syair – syair pujangga yang begitu lihainya memainkan kata – kata. Anggaplah aku ini seorang penulis, dengan begitu mungkin karyaku bisa dinikmati umat pencinta goresan - goresan pena. Tapi aku memang penulis, karena walau masih tersembunyi dibalik kardus bekas dan bertumpuk – tumpuk buku tak terpakai, aku telah menghasilkan karya. Sebuah tulisan.
Menulis membuatku berkarya, merajut angan – angan menjadi sebuah coretan – coretan yang membangkitkan asa, mengekspresikan perasaan yang bergelora dalam hati, dan mengeluarkan bisikan – bisikan bising dalam otak ku. Ingin rasanya aku keluar dari kungkungan rasa malas yang membuatku lumpuh, hingga aku bisa kembali bergerak merangkai kata – demi kata dan menjadi kaya karenanya. Kaya akan karya yang kelak bisa aku ceritakan kepada anak cucuku. Berbagi segala rasa dalam jiwa, membuat orang ikut menangis kala aku berurai airmata menuliskan perasaan sedih yang mengharu biru, dan membuat mereka kembali tersenyum dengan sebuah tulisan akan perasaan bahagia. Tulisan telah memberiku materi, walau baru secuil dari yang seharusnya aku dapat jika aku mau berusaha lebih lagi. Ia juga memberiku banyak kenagan indah yang berarti, menghantarkan aku kepada sebuah harapan baru untuk mulai berlari meraih mimpi. Semua itu membuat menulis menjadi begitu penting buat ku.
Aku ingin mencipta cerita pendek, novel dan roman. Membagikan pengalaman – pengalaman yang tak terlupakan. Memberi dukungan kepada mereka yang gagal dan kecewa dengan cerita – cerita yang penuh semangat dan harapan. Membangkitkan kepercayaan diri mereka yang terlempar kedalam jurang kerapuhan iman. Semoga dengan menghasilkan tulisan kelak, aku bisa membawa kebaikan untuk diriku pribadi dan orang – orang yang membaca tulisanku.

Read More...