"Silahkan mengutip sebagian atau seluruh tulisan di blog ini dengan SYARAT mencantumkan penaripena.blogspot.com"

You Know Poo??

Hari pertama ketika aku memutuskan menulis, hari itu juga aku dihadiahi seekor peliharaan. Tak tahu siapa yang mengirim, tiba-tiba saja benda berisik itu sudah bertengger di samping meja yang biasa kupakai menulis. Terbungkus kertas kado cokelat dan terdengar bunyi “duk…duk….kruduk…kruduk…” ketika diguncang dan didekatkan ke telinga. Seketika aku yang penasaran membuka bungkusannya dengan membabi buta. Sepersekian detik sejak kubuka kardus dalam bungkus kado itu…melompatlah mahluk yang sekelebat berwarna kuning ke wajahku…menghambur dan mematuk-matuk dengan riangnya…ya ampun…bocah…ribut amat… begitu pikirku… Masih terkejut dan gelagapan karena dapat serangan tiba-tiba, aku cuma bisa tertegun ‘burung?’. Makhluk itu diam seolah tau yang kupikirkan. Dia melayang ke pinggiran meja, berkedip lalu membuka mulutnya lebar-lebar dengan galaknya seolah memberi salam perkenalan. Seekor kenari rupanya, tapi anehnya selain kuning dan ribut, kuperhatikan ternyata bagian perutnya tak ditumbuhi bulu sedikitpun…botak… Hatiku mencelos…ou ou…
Tiga hari sejak itu aku mulai terbiasa dengan polahnya. Binatang kecil ini selalu buang air dengan tertib dan membuat sarang sendiri di atas lemari pakaianku, yang masih membuatku heran hingga sekarang, kotorannya tak pernah bau lho, malah bisa dibilang dia jarang sekali buang air di kamar. Kandang burung yang aku beli sehari setelah aku dikejutkan oleh kehadirannya tak jadi kugunakan buat mengurungnya. Si kenari selalu terlihat frustrasi tiap kali ku masukkan ke sarang, tak tega aku melihatnya. Akhirnya karena bingung kubiarkan dia membuat sarang seenaknya diatas lemariku dan kubuka jendela lebar-lebar biar dia bebas keluar masuk sesukanya. Oh iya, biar kuberi tahu pada kalian, burung kenari ini tak bisa dilihat orang lain, Cuma bisa dilihat olehku, hoho…ajaib ya… itu segera kusadari karena tiap kali aku beranjak keluar dari kamarku, dia langsung nongkrong dengan nikmatnya di bahuku, dan ternyata tak ada orang yang terusik dengan keberadaannya. Wow…
Kenari kecil bernama Poo ini punya kebiasaan super unik dan menyebalkan. Hmm…sebelumnya biar kuberi tahu satu hal, kalian pasti bertanya kenapa dia bisa kunamai Poo…padahal Poo itu kan…yap…Poo = ee, habis aku sudah tak ada ide buat menamainya, memang apa lagi nama yang cocok buat burung kuning...hmm....kuning lah pokoknya. Sekarang akan kuceritakan soal kebiasaan menyebalkan si Poo. Sebenarnya dia bisa dikatakan manis andai saja ia tak pernah menggangguku tiap kali ritual menulis hendak kulakukan. Tiap kali pena hendak kujangkau, atau folder kumpulan cerpenku kubuka, dengan lembutnya Poo menggesek-gesekkan bulu-bulu sayapnya di pipiku. Entah sihir apa yang ia hembuskan, saat itu juga ide yang sudah hampir tersalurkan di lembaran-lembaran kertas menguap tak tentu tujuan…duh…melongolah diriku memandangi embrio ceritaku yang beterbangan dengan bebasnya. Ideku hilang, lenyap, otakku hang. Kalian tau bagaimana sedihnya? Rasanya menangis saja tak cukup jadi obatnya. Waktu pertama Poo bertingkah begitu, kupikir itu bukanlah ulahnya…yah…paling emang lagi apes. Akhirnya sehari terlewati tanpa satu pun karya tercipta.
Hari berikutnya, aku yang sudah mantap dengan ide dalam kepalaku dengan hati-hati mulai menggores pena. Lega karena tak ada gangguan membuatku lengah dengan keberadaan Poo. Ternyata ia sudah bertengger di ujung kertas yang sedang kutulisi. Kalian tau? Tak cuma satu yang bertengger disana, ada lima Poo! Dari mana burung sebanyak itu? Aku pura-pura acuh akan hal itu dan kembali menulis. Baru selesai satu kata, tiba-tiba POP! Muncul seekor Poo lagi berbaris dengan Poo-Poo yang lain, masih heran, aku menulis satu kata lagi. POP! Lagi, lagi, lagi…arrgghhhh!!! Kosentrasiku buyar, pena pun tergelincir dari tangan dan Poo-Poo itu lenyap, tapi sebelum lenyap, mereka meninggalkan bulatan-bulatan kotoran burung di kertasku, tersisa satu Poo yang kukenal, ia mengedip-ngedip seolah menggodaku…ARRRRGHHHH…. MENYEBALKAAAAANNNN…!!! Sebenarnya setelah kupikir lagi di kemudian hari, aku jadi sedikit sangsi, mungkin Poo bukan muncul karena tiap kata yang kutulis dengan penaku tapi justru karena aku lah yang sejak awal tak konsentrasi, baru menulis satu kata langsung teringat satu urusan, satu kata lagi ingat urusan yang lain, begitu seterusnya. Mungkin Poo itu cuma kambing hitam ya..
Euhm…tapi tidak juga, setelah kupikir lagi, Poo memang makhluk usil, buktinya ketika aku mulai jenuh di tengah proses menulis, dialah yang jadi sensor paling sensitif, dia dengan sengaja buang air atau bertingkah lucu hingga perhatianku teralih dan tulisanku terhenti di tengah jalan. Ketika ingin melanjutkan ternyata kucuran ide sudah berhenti, ah payah… Tidak, Poo sebenarnya tak bersalah, aku memang orang yang mudah tergoda, dan godaan terbesarku ya…Poo…hehe. Kukatakan satu hal. Aku sudah tau bahwa Poo bukanlah binatang biasa, dia adalah sisi lain dariku, yang ‘buruk’ mungkin…tapi yang jelas dia ‘mengganggu’ ketika aku tak menginginkannya.
Poo bisa jadi adalah godaan, tapi apa mau dikata, dia juga bagian jiwaku dan aku tergantung padanya, paling tidak aku jadi tak begitu merasa bersalah karena ada Poo yang menyelamatkanku dari rasa berdosa akibat tulisan yang tak kunjung selesai. Euhm…aku jadi terpikir untuk mendapat peliharaan baru yang bisa jadi lawan Po…peliharaan yang isinya semangat, kreatifitas, juga ide-ide yang mengalir lancar. Mungkin kalau aku punya satu peliharaan lagi, Poo tak akan kesepian dan akan berhenti menggangguku. ^_^

Read More...

Penari Pena, Dari dalamnya hati sampai ke tingginya puncak merapid

jum'at 2 april 2010 (kudedikasikan untuk adik2ku di Komunitas Penari Pena), kami ber 15 naik gunung merapi di Yogyakarta, banyak hal luar biasa yang didapat di ketinggian 2980 meter diatas permukaan laut itu, terutama kami bertemu dengan 4 amazing child (usianya rata2 9 tahun), mereka bisa mendaki sampai ke puncak bersama ayah2nya, kami bisa, mereka bisa, kenapa anda tidak mencobanya?











Read More...