"Silahkan mengutip sebagian atau seluruh tulisan di blog ini dengan SYARAT mencantumkan penaripena.blogspot.com"
Hitamnya Sebuah Putih Penantian
By: Gerry N.
Heroik, berdarah ditepi musnah,
Dia menantangkan kecambuk perang,
Untuk mengusir hitam penantian.
Tentram,dibuka separuh surga dunia
Rasalah sembuh sesembuh-sembuhnya sembuh,
Dia membentangkan permadani merah hati,
Untuk mengundang putih penantian
1.987.200 detik diminta-Nya untuk melawan sakit sesempurna kesakitan,
Sebelum diturunkannya sembuh sesempurna kesembuhan,
Dengan mengusir sebelum mengundang.
Hitam-putih penantian
Garoet, 28 01 09 07 30 (Matur nuwun ya Rabb… untuk hari keenam belas bulan kesatu sebelum hari kedelapan bulan kedua).
Silahkan mengutip sebagian/seluruh tulisan ini dengan etika mencantumkan penaripena.blogspot.com
Read More...09.29 | Labels: 1. Puisi, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Hingga Ujung Waktu
By: Gerry N.
Serapuh kelopak sang mawar
Saat aku menahan sendiri
Diterpa dan luka oleh senja
Semegah sang mawar dijaga
Matahari pagi bermahkotakan embun
Saat engkau ada disini dan pekatpun berakhir sudah
Akhirnya aku menemukanmu
Saat ku bergelut dengan waktu
Beruntung aku menemukanmu
Jangan pernah berhenti memilikiku
Hingga ujung waktu
Setenang hamparan samudera
Dan tuan burung camar takkan henti bernyanyi
Saat aku berkhayal denganmu
Dan janjipun terukir sudah
Jika kau menjadi isteriku nanti
Pahami aku saat menangis
Saat kau menjadi isteriku nanti
Jangan pernah berhenti memilikiku
Hingga ujung waktu.
Garoet, 28 02 09 07 00 (Dikutip dari lirik lagu SO7)
Silahkan mengutip sebagian/seluruh tulisan ini dengan etika mencantumkan penaripena.blogspot.com
Read More...09.28 | Labels: 1. Puisi, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Kiamat datang 2012???
Lagi ah, hwa… ha… ha…
Sekali lagi ya, hwa… ha… ha… ha…
Indonesia… indonesia….
Hwa… ha… ha… lagi!
Tiga hari yang lalu media-media elektronik kaggak mutu nayangin acara yang juga sangat-sangat kaggak bermutu sama sekali, tau apa acaranya?
Hwa… ha… ha…
Acara mubadzir (menurut gw) kesukaan para ibu pengangguran (bapak jg kadang ada yang suka), acaranya apalagi kalau bukan mengajak penontonnya untuk memakan daging saudaranya sendiri dengan cara menggunjingkannya. Tapi kali ini gw terpaksa nonton karena acara-acara gosip seharian ini dan kemarin dan esok lusa (prediksi gw) diisi sesuatu yang baru… hwa… ha…ha… tau apa itu???
Orang-orang yang namanya ga pernah gw temukan tercantum di kitab suci Al-Qur’an apalagi Taurat dan Injil (tp utk kedua kitab terakhir gw blm prnh membacanya, tp gw yakin 150% disana jg g ada nama mereka) membuat sensasi yang demi Allah kagak mutu sama sekali, dengan segala omong kosong yang keluar dari mulutnya, mereka mengatakan:
“Menurut ramalan saya… kiamat akan terjadi di tahun 2012”
Ada lagi yang nambahin angka-angka guyonan lain:
“Kiamat akan datang jam 12 tanggal 12 bulan 12 tahun 2012”
Hwa…ha…ha…
Beberapa golongan masyarakat awam terpengaruh dengan ucapan stupid itu, mereka cemas, mereka resah, mereka… hwa… ha… ha…
Harusnya pihak yang berwajib menangkap mereka yang membuat masyarakat resah dengan ucapan-ucapan dalam ramalannya itu, jangan pilih kasih!!! Giliran mahasiswa aja doyan digebukin kalau bikin isu di masyarakat (dan sekonyong-konyong dikategorikan memprovokasi, mencemarkan pemerintah), lha apa bedanya sama dukun-dukun ramal itu, mereka bahkan memprovokasi orang-orang untuk berprasangka buruk pada Tuhan, mencemarkan nama baik Tuhan, karena jika memang benar kiamat itu akan terjadi menurut ramalan mereka berarti Tuhan lebih menyayangi peramal-peramal itu dengan membocorkan rahisa-Nya pada mereka daripa kekasih-Nya Rasulullah Muhammad saw, Rasulullah saw aja tidak tahu kapan kiamat itu akan datang, lha ini… siapa sih peramal-peramal itu dibandingkan Rasulullah dihadapan Allah SWT.
“Suatu hari, ketika Al-Musthafa Muhammad― shalawat dan salam teruntuk beliau― sedang memberikan ceramah di tengah-tengah jemaat yang begitu banyak jumlahnya, tiba-tiba datang seorang badui yang dengan lantang berkata…”
“Wahai Rasul Allah! Kapankah kiamat akan tiba?”
“Ketika itu Rasulullah terdiam sejenak dan memandang orang badui itu dengan lembut dan senyum yang begitu indah, kemudian beliau berkata: Apa yang telah kamu persiapkan untuk menghadapi kiamat?”
“Orang badui itu menjawab: Sesungguhnya aku tidak mempunyai persiapan apapun, hanya saja aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.”
“Maka Rasul pun menjawab: kamu akan bersama yang kamu cintai.”
Tuh… renungkan! Hari kiamat adalah rahasia Allah, bahkan malaikat Isrofil yang nanti bertugas meniup sangsakala sebagai pertanda akhi rmasa pun tak tahu kapan kiamat akan tiba, kapan saatnya dia meniup sangsakalapun masih menunggu-nunggu kapan dia akan meniupnya.
Sudahlah… daripada capek-capek mikirin ramalan orang-orang capek, meningan cintai aja Allah dan Rasul-Nya.
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Sayyidina Muhammad pada setiap saat dan hembusan nafas sejumlah pengetahuan-Mu”
Garoet, 27 02 09 14 10
09.25 | Labels: 3. Artikel, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Akhirnya Setelah
Setelah nyeri hampir memfonis mati denyut nadi,
Akhirnya janganlah pernah berhenti memiliki,
Setelah nanti terpatri mati menjadi bidadari suci.
Garoet, 28 02 09 08 08 (Percayalah… meskipun ikhlas itu susah setengah mati, sabar itu sakit setengah mati, dan tawakal itu berat setengah mati, tapi buah ikhlas, sabar serta tawakal dari ketentuan Illahi akan terbalas dengan janji takkan pernah teringkari, dan buah dari janji itu indah, nikmatnya setengah mati)
09.23 | Labels: 1. Puisi, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Rebo Kasan
Kenapa aku mengabsen kehadiran berbagai macam makanan ringan ini? karena hari ini di masjid kampungku ada acara rebo kasan, suatu acara pengajian, syukuran, ataupun apalah namanya yang dilaksanakan setiap hari rabu terakhir di bulan Syafar, kata pak kyai, Allah menurunkan 40.000 jenis penyakit ke bumi pada hari selasa terakhir dari bulan Syafar pukul dua belas malam, sehingga acara rebo kasan ini adalah salah satu bentuk permohonan pada Allah supaya dilindungi dari 40.000 macam penyakit itu.
Jarum jam paling pendek sudah berpijak di pertengahan angka enam dan tujuh, sedangkan jarum paling panjangnya sudah beristirahat di angka enam, jemaat yang hadir didominasi oleh anak-anak kecil yang memakai seragam berwarna putih merah (mereka hendak berangkat kesekolah), anak-anak itu mulai sedikit gelisah, karena mama kyai belum juga menyelesaikan doanya, padahal tepat pukul tujuh mereka sudah harus duduk rapi di kursi dalam kelas masing-masing.
“Bibarokati Al-fatihah…”
Mama kyai mengakhiri do’anya dengan surat Al-Fatihah, selesai itu keadaan hening, anak-anak itu hampir semua menatap pada mama kyai, mama kyaipun tersenyum dan mengganggukan kepala pada mereka dan satu… dua… tiga… tidak sampai dihitungan keempat, anak-anak itu sudah ribut berebut semua makanan yang diletakkan ditengah mesjid, keadaan benar-benar tak terkendali, ribut, ricuh, berisik, ah… pokoknya berbagai situasi dan kondisi benar-benar kacau balau, ada yang mengambil makanan-makanan itu sembali cekikikan tertawa puas, ada yang menangis makanannya direbut yang lain, pokoknya benar-benar meriah.
Aku menghela napas panjang, melihat mereka begitu ceria dengan dalam acara tahunan ini, aku teringat pada masa-masa kecilku dulu dimana aku menjadi salah satu dari teman-temanku melakukan apa yang sekarang ini aku saksikan dari anak-anak dikampungku.
Garoet 25 02 09 06 30 (mohon maaf untuk makanan-makanan yang tidak terabsen diatas, bukan bermaksud melecehkan apalagi melupakan dengan tidak mencantumkan semua makanan yang hadir di tengah-tengah pengajian rebo kasan, itu tidak lain karena jumlah dan jenis kalian terlalu banyak, sehingga menulitkan untuk menyebutnya satu-persatu sekali lagi mohon maaf, harap maklum).
09.19 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 0 Comments
I Miss You Guys!!!
By: Gerry N.
I MISS YOU GUYS!!!
Garoet, 24 02 09 09 19 (Saat ku buka lagi memory kalian di buku kenangan chemistry '03)
08.54 | Labels: 3. Artikel, Pena Kun-Geia | 2 Comments
Seseorang bertanya tentang cinta itu seperti apa?
By: Gerry N.
Seseorang bertanya tentang cinta itu seperti apa?
Kalau kita belajar cinta dari membaca buku-buku karangan Kahlil Gibran, yang akan kita dapatkan adalah pengetahuan tentang cinta serta liku-liku yang panjang dan tidak ada habis-habisnya.
Lalu cinta itu apa?
Cinta itu bukan liku-liku, cinta itu bukan sebuah fragmen kehidupan, cinta itu bukan gula-gula. Cinta itu… kita tidak bisa menjelaskan dan mendefinisikannya. Masuklah kedalamnya, anda akan menjadi cinta itu sendiri. Anda akan menceritakan diri anda yang kasmaran dengan lancar. Cinta itu akan bercerita dengan bahasa tanpa huruf, tanpa suara, bahkan dengan bunga, dengan rumah, dengan bahasa apa saja. Yang penting orang tahu itu adalah bahasa cinta yang bisa dimengerti oleh semua mahluk.
Selamat mempraktikkan…
Garoet, 23 02 09 07 52 (Dikutip dr tarian pena Abu Sangkan dalam Pelatihan Shalat khusuk)
Read More...
08.51 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 1 Comments
Untuk Penari Pena di Santa Clara California
By: Gerry N.
Kami datang kemari membawa harapan
Yang tidak pernah merasa puas
Tapi bukanlah ketamakan
Sesuatu yang terus berusaha mengejar kesempurnaan
Tapi tidak menyerupai keangkuhan
Kami datang dari penari-penari pena
Membawa mimpi yang kami dapat dari mimpinya mimpi
Mimpi dari mimpinya mimpi untuk bisa berbagi
Hingga semoga suatu masa
Bisa mempersembahkan berjuta karya
Buah dari tarian pena.
Jika sudara berkerkenan
Maka pengakuan saudara itu akan pulang bersama kami
Menjadi sebuah penghormatan yang nyata,
Dengan itu kami berterderma cinta untuk saudara
Seraya membungkukkan badan
Dengan takzim.
Garoet, 21 02 09 03 22 Please introduce your self to me at murid_penantian@yahoo.com
Silahkan mengutip sebagian/seluruh tulisan ini dengan etika mencantumkan penaripena.blogspot.com
Read More...08.41 | Labels: 1. Puisi, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Untuk Para Pengidap Ashma dan Para Penikmat Barang Riba
Pesan singkat yang ku ketik itu seketika melesat keangkasa menuju satelit indosat dan langsung liar mencari dimana letak posisi keberadaan sobatku yang biasa kupanggil om-phonk. Setelah menemukan posisi om-phonk, tanpa permisi pesan singkat itu langsung bersemayam di inbox setelah membunyikan sensor nada dering pesan shalawat dari hanphone N-70 nya.
“Alaaaaaaaaaaah, kemana ja atuh Genk? D mana ni?”
“Garut!”
“Tuh nya! ga ngomong2 klo k garut teh! Kpn k Purwokerto lg?”
“Klo kaki gw udh nginjek tanah garut, mestinya loe hrs dah otomatis tau gw dtng! Gw balik Tgl 25, om-phonk! loe g sopan ya! gw di Garut dah sebulan! Loe kagak pernah ngeliatin batang idung!”
“Anjrit… bener euy! Sombong lah… mentang-mentang mau kawin?”
“Kawin dari Honk-konk! gw baru keluar dr rmh skt ni!”
“Knp? Brp lama di RS?
“Bhe-Ngexs, 1 minggu! Sblm gw mati, gw pengen ketemu dl phonk!”
“Ngawur!!! G usah ketemu atuh biar panjang umur! He…he…”
“Ya udh klo g mau ketemu, tp jangan nyesel kalo kita ga bs ketemu lg, maafin smua salah gw phonk!
“Jijik omongan loe Genk! Ga da kerjaan bgt! Klo becanda tuh jgn keterlaluan!”
“Loe nganggap ni becanda phonk? Ya udh tak pa2, yg penting gw dah minta maaf, gw dah pamitan, makasih utk semua kebaikanmu slama ini! Tgl 26 gw mo ke Surabaya buat cangkok paru2, stelah operasi gw ga tau masih bs nafas apa nggak?”
“Loe serius Genk?”
“Apa pantas hal seperti ini untuk dipermainkan?”
Garoet, 20 02 09 14 30, oksigen yang disediakan gratis oleh Tuhan adalah barang yang sangat mewah bagi pengidap ashma, dan untuk semua perokok diseluruh dunia, sadarilah bahwa paru-paru itu bukanlah barang murah/murahan, maka janganlah disia-siakan sblm Dia marah dan mengambil satu-satunya pompa oksigen yang tubuh kalian miliki karena harganya tidak akan pernah sebanding dengan batang-batang yang kalian bakar untuk dihisap racunnya.
08.39 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 2 Comments
Datang Mengeroyok Isi Gubuk Mereka
Ujang terhenyak dari tempat tidurnya mendengar teriakan emak dari tengah gubuk.
“Ya Allah…”
Gerutu Ujang ketika melihat emaknya tengah sibuk memindahkan air yang menggenang di dalam gubuk ke dalam ember dengan selembar daster lusuh yang sudah tak terpakai miliknya.
“Pindahkan buku-buku adikmu ke tempat yang tinggi”
Emak menunjuk pada tumpukan buku disamping meja tua.
“Ambil ember hijau dibelakang!”
Perintah emak langsung diamini Ujang.
“Ambil panci yang diatas tungku!”
Ujang kembali melangkah bersama perintah emak.
“Wajan yang di kamar mandi bawa kemari!”
“Tapi diisi piring-piring kotor mak!”
“Tak apa, keluarkan saja semua isinya!”
Ujang kembali bergegas mengambilkan pesanan emak.
“Masih ada yang tersisa dibelakang Jang?”
“Ada juga ember bocor mak!”
“Bawa saja kemari, kamu tambal dulu dengan lakban!”
Ujang melaksanakan perintah emaknya.
“Buang air yang dipanci itu”
Ujang kembali menaruh panci yang sudah kosong ketempat semula.
“Buang air yang dipanci ini”
Ujang kembali menaruh panci yang sudah kosong ketempat semula..
“Buang air yang diember itu!”
Ujang kembali menaruh ember yang sudah kosong ketempat semula..
“Buang air yang diember ini”
Ujang kembali menaruh ember yang sudah kosong ketempat semula..
“Buang air yang diwajan!”
Ujang kembal menaruh wajan yang sudah kosong ketempat semula.i.
“Buang air yang diwadah itu!”
Sembari terus memindahkan air yang menggenang dengan daster lusuhnya, Emak terus memberi komando pada anak pertamanya itu, sementara disela usahanya memindahkan air dengan kaus dalam yang dilepasnya, Ujang menatap lamat-lamatEmaknya yang tak henti memeras air dari daster itu meskipun separuh badan emak sudah basah kuyup.
Ya Allah… kapankah hujan-Mu merasa bosan merampas waktu istirahat emakku, kapankah hujan-Mu tak lagi mengganggu waktu belajar adik-adikku, kapankah hujan-Mu akan memberikan saat-saat tidur yang nyaman bagi kami… kapankah hujan-Mu akan merasa jemu untuk membasahi barang-barang didalam gubuk kami...
“Buang air yang diwajan itu Jang!”
“Apa mak?” Ujang tersadar dari lamunannya.
“Itu… air yang diwajan sudah penuh!”
“Iya mak!”
Mereka terus sibuk membersihkan serangan-serangan dari air yang tak bosan-bosannya datang mengeroyok isi gubuk mereka.
“Kemana adik-adikmu?”
Ucap emak sembari mengelap air dari wajahnya.
“Mungkin kejebak di sekolahan!”
Ujang mencoba memberikan kemungkinan terbesar dari kondisi dua adiknya itu.
Emak menghela nafas panjang sembari menatap jam dinding yang tergantung miring dan sudah ikutan basah kuyup, Ini sudah jam lima sore!
Garoet, 21 02 09 02 14, hari ini rumahku kembali bocor karena siraman anugerah dari Penguasa Langit.
08.38 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 1 Comments
Belum Ada Judul
“Asmane sinten?”
“Hasna Nur Afiffah”
Garoet, 08 02 09 23 39, (dilarang keras berprasangka apalagi menduga-duga, jika ada kesamaan nama, itu hanya kebetulan semata. Let’s Shalat…shalat…shalat…!!!)
08.37 | Labels: 1. Puisi, Pena Kun-Geia | 2 Comments
Hadiah Terindah
Rona telaga kautsar
memancar hingga menembus
setiap inci jiwa yang suci
terbalut aroma kasturi
dari wewangian surgawi
hadiah terindah
bagi para pencari
cinta hakiki Illahi.
Purwokerto, 07 12 07 14 40
08.36 | Labels: 1. Puisi, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Pencipta Cinta
Purwokerto, 07 12 07 14 33
08.35 | Labels: 1. Puisi, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Atau...
Ada sesuatu yang telah kurasakan menguap darimu, sesuatu yang selama ini menguatkanku untuk setia menantimu, merindukanmu, mencintaimu melebihi apa yang orang lain sangkakan, mungkinkah waktu, jarak dan budaya telah merubahmu, merubahku, atau merubah kita berdua, atau mungkin ini hanyalah dogma dari cinta yang tak pernah jemu menyuling luka disamudera hatiku.
Purwokerto, 24 12 07 09 50, untuk kakakku yang baru pulang menjalankan tugasnya di Lebanon
08.34 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Haruskah?
Desir air laut selalu merusak gunung pasir yang kubuat dengan sekuat sangat,
Haruskah aku menjauhi laut hingga gunung pasirku tak rusak olehnya?
Cita rasa dunia selalu meluluhkan iman yang aku jaga dengan segala daya upaya,
Haruskah aku menjauhi dunia hingga imanku tak terluluhkan olehnya?
Purwokerto, 17 12 07 10 10
08.33 | Labels: 1. Puisi, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Sang Kelam
Gurat semu nampak dari paras jiwa
Tak kunjung reda purnama menangisi kepergian malam
Malaikat putih sabar menunggu sang kelam
Bersandar pada bidadari bumi
Garoet 19 02 09 16 04
08.31 | Labels: 1. Puisi, Pena Kun-Geia | 1 Comments
Alun-Alun Garut
Burung-burung berseluncur menikmati kebebasan dibawah laju gerombolan awan putih yang menghiasi langit dengan lukisan bergaya abstraknya. Lampu kerlap-kerlip telah dinyalakan di sekeliling lingkaran pelataran, usil menggoda anak-anak kecil hingga mereka merengek pada ibu-bapaknya meminta diambilkan satu lampu untuknya supaya bisa dibawa kerumah.
Ya Rabb… begitu indah semua ciptaan-mu ini!
Dedaunan dari pohon-pohon raksasa berumur sangat tua kompak bergoyang meliuk kesana kemari mengikuti kehendak angin yang mesra membelai lembut untuk bersama-sama mengeja tasbih pada Yang Maha Kuasa.
Aku duduk termenung di serambi Mesjid Agung, menyaksikan berbagai kegiatan anak cucu Adam as. Aku tersenyum ketika menyaksikan beberapa pasang jantan-betina sedang berpacaran (kalo mereka udah nikah sih aku panggil suami-isteri), bercanda tertawa berdua (bertiga deng, cuma yg satunya kagak keliatan, namanya SETAN) disudut-sudut bawah pohon raksasa nan tua.
Pandanganku kualihkan, sejenak aku menikmati atraksi gratis dari anak-anak laki-laki yang sudah pantas disebut dewasa secara usia (tak tahu yg lainnya), mereka terlihat lihai menarikan sepeda-sepeda diatas udara menantang cedera dan celaka, para skateboarder-sakteboarder pun tak kalah extreme mempertontonkan keberanian mereka memainkan skateboarnya.
Mobil, motor, becak hingga pejalan kaki tak jemu-jemunya berlalu lalang menginjaki aspal di luar pelataran, namun semua itu tak membuatku kagum, yang membuatku kagum adalah…
Segerombolan anak-anak seusia adik bungsuku di kelas 5 SD lah yang membuatku terkagum bahkan sedikit bergeser rasa cemburu. Di pelataran alun-alun yang cukup luas, mereka berlari kesana-kemari mengejar bola plastik bersama-sama, berteriak-teriak…
“Oper ka aingkeun!” (Oper padaku!)
“Kehed! Undag atuh lain ngajedog wae kawas nu cacingeun!” (Kehed! Kejar atuh, bukannya diam aja kayak lagi cacingan!)
“Cacingan weh sorangan bari manyun!” (Cacingan aja sendiri sembari manyun!)
Dan percakapan-percakapan seterusnya.
ha… ha…ha… aku tak tahan menahan tawa sembari memegangi perutku mendengar percakapan-percakapan mereka.
Mereka bebas…
Mereka merdeka…
Mereka asyik sendiri…
Mereka tak mau tahu jika hari ini kurs tukar rupiah sudah merangsek di kisaran Rp 12.150 untuk satu mata uang dollar. Padahal di tempat lain para petinggi bank-bank nasional sedang kram otak memikirkan solusi untuk menjegal kenaikan dollar.
Mereka tak ambil pusing jika hari ini para pialang berbondong-bondong meninggalkan lapak judi sahamnya hingga indeks terus-terusan merosot, padahal di tempat lain orang-orang sedang antri menterapi jantung mereka yang berpenyakitan karena tak kuasa menerima berita bahwa satu lembar saham mereka yang kemarin berharga sepuluh juta, kini cuma berharga enam ratus rupiah saja.
Mereka tak cape-cape mikirin jika hari ini minyak tanah mulai langka di pasaran dan subsidi gas banyak diselewengkan aparat-aparat desa, padahal di tempat lain, ibu-ibu berdesakan menebak tingginya harga minyak tanah yang menjad rebutan, padahal ditempat lain sudah banyak rumah terbakar dan orang-orang menjadi korban ledakan tabung gas berwarna hijau muda.
Mereka tak mau tahu kalau hari ini Barrack Obama mengirimkan 17.000 tentaranya beserta senjata-senjata yang menggandeng berbagai maksud dan kepentingan ke Afghanistan, padahal di tempat lain ribuan rakyat Afghanistan sedang dicambuk berbagai perasaan yang… entahlah!
Mereka tak ambil pusing jika hari ini orang-orang tamak yang memanfaatkan keluguan dukun/tabib/dokter kecil dari jombang itu telah meraup lebih dari satu milyar rupiah dengan mengorbankan sekolah, kesehatan bahkan perkembangan psikologi sang dukun/tabib/dokter kecil pemilik watu gludug itu. Padahal di tempat lain korupsi hingga seratus dua puluh empat juta milyar disinyalir terjadi di tubuh departemen kesehatan yang seolah melarang rakyat miskin untuk tidak boleh sakit dan memasuki kerajaan mereka.
Mereka tak cape-cape mikirin jika hari ini menteri luar negri ASU (America State United) sudah menginjakkan kakinya di Ibu Kota untuk membuat kesepakatan-kesepakatan baru yang akan mencekik leher ibu pertiwi lebih kuat di masa yang akan datang. Padahal di tempat lain beratus orang dari berbagai ormas sedang berdemonstrasi menolak kedatangan wanita utusan ASU itu.
Aku cemburu pada kalian… yang kalian pedulikan hanyalah bola itu, yang kalian pikirin hanya goal itu, yang kalian pusingkan hanyalah bagaimana bekerjasama untuk meraih kemenangan.
Cukup itu saja…
Simpel…
Tidak muluk-muluk…
Tidak menindas orang lain…
Bebas…
Merdeka…
“Allahu Akbar… Allahu Akbar…”
Lantunan favorit seluruh umat muslim dibelahan dunia sudah dikumandangkan muadzin.
Aku beranjak untuk menemui-Nya di dalam maghribku. Mesjig Agung seluas 4.480 m2 yang didirikan 20 juli 1995 menjadi saksiku.
Garoet, 18 02 09 18 10
Read More...
19.03 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Ohok…Ohok…Ohok…
Begitulah bunyi batukku yang membangunkan lelap di jam setengah 3, mataku kembali bermalasan dalam tidur.
Ohok…Ohok…Ohok lagi!
Akupun terbangun lagi dari lelap di jam 3, mataku kembali bermalasan dalam tidur.
Bunga tidur langsung menyergap menayangkan episode shalat berjamaah, dalam mesjid yang begitu megah nan mewah sudah dikumandangkan iqamah, aku masuk dan berdiri di saf pertama, ketika hendak mengangkat tangan untuk takbiratul ihram, seorang dari belakang menarik kerahku.
“Kau tidak pantas berada di saf terdepan!”
Aku terhuyung kebelakang, sementra orang yang menarik kerahku menempati posisi saf yang kutinggalkan, akupun hendak takbiratul ihram di saf kedua tapi kembali seseorang dari belakang menarik kerahku.
“Kau tidak pantas berada di saf kedua!”
Aku terhuyung kebelakang, sementra orang yang menarik kerahku menempati posisi saf yang kutinggalkan, akupun hendak takbiratul ihram di saf ketiga tapi kembali seseorang dari belakang menarik kerahku.
“Kau tidak pantas berada di saf ketiga!”
Begitu seterusnya, hingga di saf paling akhirpun ada tangan yang menarik kerahku dari belakang hingga aku terlempar keluar dari mesjid yang megah nan mewah itu, tapi ketika aku tengok kiri-kanan-depan-belakang, tak kutemukan siapapun disana, tetapi setelah itu bisa dengan jelas kudengar suara begema:
“Kau tidak pantas ikut shalat tahajud berjamaah!”
Aku bertanya dalam hati kenapa aku tak boleh ikutan shalat tahajud? Suara itu kembali terdengar.
“Karena kau belum shalat isya, tak pantas shalat sunnah dilakukan mereka yang meninggalkan shalat wajib”
Ohok…Ohok…Ohok…
Aku terbangun karena batuk itu, tapi kantuk kini benar-benar sirna dari pelupuk mata. Astagfirullah setengah empat!, aku belum shalat isya!!!.
Garoet, 18 02 09 10 21
19.01 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 1 Comments
Hamba Sahaya atau Raja, Semua Terserah Anda!!!
Garoet, 17 02 09 11 02, untuk adikku yang sedang disayang allah dengan cobaan yang berat.
18.57 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 1 Comments
mengeluh??...BUKAN!!
kesan seperti apa yang ingin dilihat saat jumpa pertama
kesan seperti apa yang ingin dilihat saat perjumpaan-perjumpaan berikutnya bergulir bersama waktu
menunjukkan seperti apa kau dimatamu lebih penting dari kau di mata dunia
tak bisa seluruh dunia menatapmu dari sudut yang sama, ia begitu bulat dan besar untuk melakukannya
tak bisa seluruh dunia tunjukkan nilai yang sama tuk menghargaimu
matamu 'kan lebih bijak saat hatimu siap menganggap dirimu berharga
kau berharga
bahkan lebih lebih lebih berharga dari dugaanmu
seberapa berharga..
tidak dengan menatap masa lalu, tapi masa lalu yang akan memberitahu apa yang seharusnya ia katakan tentangmu
kau telah berjuang hingga hari ini
lalu seberapa gigih kau telah berjuang
jejak-jejak yang mengekor di belakang akan segera menjawab
jika kau menganggapnya sebagai perjalanan yang ringan
maka sudah saatnya kau memandang bayang-bayangmu dan mengatakan kebaikanmu,
ketika menurutmu ia sudah terlalu menumpuk maka perjuanganmu selama ini sia-sia dan esok 'kan lebih berat
kau bertanya-tanya, apa yang salah...
yang salah adalah ketika kau mengijinkan hatimu untuk merasa telah cukup untuk berbuat baik
jika selama ini kau beranggapan jalanmu begitu berat dan melelahkan
betapa bodoh dan dungunya
kau perlu diajari caranya bersyukur!
lalu bagaimana agar semua terasa benar
entahlah, mencari yang benar-benar "benar" begitu menyulitkan
gambar sebatang jarum di setumpuk jerami pun tak cukup tuk katakan seberapa sulitnya
pencarian ini sulit
menjadi sinting adalah salah satunya jawaban ketika semua jadi benar-benar buntu
ketika kembali ke awal...
sebenarnya apa yang kita cari
kebenara
pembenaran
yang seharusnya benar
apakah yang benar adalah benar dan baik
Ia telah begitu bijak membuat tanah ini bulat
Ia tahu kita 'kan bertanya terlalu banyak dan bulat adalah tanpa batas
tempat semua orang bebas bertanya dan menjawab
pembenaran,kebenaran,benar...
takkan ada habisnya
11.49 | Labels: 1. Puisi, Pena Depiyh | 2 Comments
bertanya, jawabannya tergantung nurani dan iman
>ingin seperti apa nantinya?
jika tahu jawabannya "hancur" akankah kita mempertaruhkan nyawa untuknya
>ingin seperti apa jadinya?
jika tahu jawabannya "lenyap" akankah kita mempertahankannya
>seperti apa jalannya?
jika tahu jawabannya "menyakitkan" akankah kita menjejakkan kaki disana
>kuatkah menjalaninya?
jika tahu jawabannya "tidak" akankah kita tetap bejalan
>bisakah dapat yang lebih mudah untuk dijalani?
jika tahu jawabannya "ya" akankah kita berpaling
>adakah yang lebih menyenangkan dari ini?
jika tahu jawabannya "ya" akankah kita meninggalkannya
>benarkah ia yang diinginkan?
jika tahu jawabannya "bukan" akankah kita melenyapkannya dari ingatan
>jika terlepas darinya akankah nyawa ikut lenyap?
jika jawabannya "tidak" akankah kita menutup mata tentangnya
>akankah jadi penghangat ketika kebekuan hinggap di sela kulit?
jika jawabannya "tidak" akankah kita menyepelekannya
>akankah ia dapat terlindungi?
jika jawabannya "tidak" akankah kita menyerah menjaganya
>akankah bertekad kuat tuk menjaganya?
jika jawabannya "tidak" akankah kita menyerah sebelum saatnya
>bisakah ia terlupakan?
jika jawabannya "ya" akankah kita sengaja tak mengingatnya
>tersakitikah saat menjaganya?
jika jawabannya "ya" akankah kita tetap setia
>benarkah telah cukup jiwa tuk melindunginya?
jika jawabannya "sudah" akankah kita patah arang sebelum berusaha melindunginya
>benarkah ia ingin dilindungi?
jika jawabannya "tidak" akankah kita mengacuhkannya
>akankah ia menguatkan pelindungnya?
jika jawabannya "tidak" akankah kita menjauhinya
>akankah ia menggerogoti bentengnya?
jika jawabannya "ya" akankah kita tak ingin bertemu ia lagi
ini tergantung nurani, akan ke arah mana kita menatap
cahaya dan bayang-bayang tak pernah tepisahkan
11.47 | Labels: 1. Puisi, Pena Depiyh | 3 Comments
Coba dan Ujian
Garoet 15 02 09 23 31
08.51 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 3 Comments
If…
If the prophet Muhammad saw visited you,
Just for day or two,
If he come unexpectedly,
I wonder what you’d do?
Purwokerto, 07 09 07 16 36
08.50 | Labels: 1. Puisi, Pena Kun-Geia | 2 Comments
Bernostalgia
Menyiksa bengek menyiksa Asma menyiksa bengek menyiksa Asma menyiksa bengek menyiksa
Asma menyiksa bengekkah?
Atau bengek menyiksa asmakah?
Ataukah asma dan bengek menyiksa?
Ah… yang pasti setelah belasan tahun, aku kembali masuk rumah sakit karena kedatangan mereka untuk bernostalgia dengan paru-paruku?
Garoet 15 02 09 23 11
08.49 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 4 Comments
Ya atau Tidak, Fikirkanlah!
Mata diciptakan untukku dengan penglihatannya,
Telinga diciptakan untukku dengan pendengarannya,
Hidung diciptakan untukku dengan penciumannya,
Lidah diciptakan untukku dengan perasanya,
Tangan diciptakan untukku dengan sentuhannya,
Kaki diciptakan untukku dengan langkahnya,
Jantung diciptakan untukku dengan denyutnya,
Paru-paru diciptakan untukku dengan nafasnya,
Otak diciptakan untukku dengan akalnya,
Hati diciptakan untukku dengan nuraninya,
Enzim-enzim tubuh diciptakan untukku dengan fungsi-funngsinya,
Apa jadinya kalau Allah menciptakan mata tanpa penglihatannya,
Apa jadinya kalau Allah menciptakan Telinga tanpa pendengarannya
Apa jadinya kalau Allah menciptakan Hidung tanpa penciumannya
Apa jadinya kalau Allah menciptakan Lidah tanpa perasanya,
Apa jadinya kalau Allah menciptakan Tangan tanpa sentuhannya,
Apa jadinya kalau Allah menciptakan Kaki tanpa langkahnya,
Apa jadinya kalau Allah menciptakan Jantung tanpa denyutnya,
Apa jadinya kalau Allah menciptakan Paru-paru tanpa nafasnya,
Apa jadinya kalau Allah menciptakan Otak tanpa akalnya,
Apa jadinya kalau Allah menciptakan Hati tanpa nuraninya,
Apa jadinya kalau Allah menciptakan Enzim-enzim tanpa fungsi-funngsinya,
Ger! Tidakkah engkau memikirkan hal-hal itu?
Ger! Malukah engkau dengan perangaimu saat diingatkan dengan semua karunia itu?
Ger! Sudahkah engkau mensyukuri sebagian nikmat-nikmat diatas ditengah jutaan nikmat lain?
Ger! Sudahkah engkau beriman kepada yang menciptakan semua nikmat itu untukmu?
Ger! Sudahkah engkau melaksanakan semua perintahnya dengan benar dan ikhlas?
Ger! Sudahkah engkau menjauhi semua larangan-Nya sengan sebenar-benarnya?
Jika ya, istiqamhkanlah hingga ruh melewati ujung tenggorokan dan terlepas dari ubun-ubunmu.
Jika ya, sampaikanlah kepada manusia-manusia lain supaya mereka termasuk kedalam golongan orang-orang yang berfikir.
Jika tidak, maka demi waktu, janganlah engkau berlarut didalam kerugian.
Jika tidak, maka tak ada bedanya dirimu itu dengan bangkai busuk yang masih dialiri darah dan diberikan nyawa dalam waktu yang tersia-sia!
Garoet, 09 02 09 22 00
08.43 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 2 Comments
Salam ‘alaika
Ya Nabi salam ‘alaika
Ya Rasul salam ‘alaika
Ya habib salam ‘alaika
Shalawatullah ‘alaika
Garoet, 08 02 09 20 00
08.42 | Labels: 1. Puisi, Pena Kun-Geia | 2 Comments
Malam Minggu
“Sepiii…”
“Sepiiiii…”
“Malam minggu yang bête…”
Kukirimkan pesan singkat ini pada sahabatku di Riau, Purwokerto dan Yogyakarta.
“Sarua…”
“Saruaaa…”
“Sami wae…”
Begitu balasan pesan singkat sahabatku (Orang Cirebon) yang sekarang jauh terpisah di Djogja.
“Weleh2…”
“Udah cr cowo baru ja, disini bnyk lho…”
Begitu balasan pesan singkat sahabatku (Orang Dieng) yang sekarang jauh terpisah di Riau.
“Kunaon Jang?”
“Sing sabar, hidup ni adlh ksepian aplg tinggal sndirian d kuburan lg, he..he..”
Begitu balasan pesan singkat sahabatku (Orang Majalengka) yang sekarang jauh terpisah di Purwokerto.
Sedikit sepiku terobati pesan singkat mereka, meskipun balasan pesan mereka lebih banyak KEHED-nya, tapi tak apalah dari pada ga di bales
Sejenak aku terdiam, tak lama berselang pesan singkat membunyikan SMS ringtone spongebob hp nokia 6820-ku.
“Asslm. wr. wb. Hari ini… terima kasih ya Allah, untuk setiap detik dan helaan nafas, untuk sinar mentari, dan jutaan ni’mat yg tiada terhtng, terima kasih utk ananda yg membuat saya bgt tersanjung sbg seorg ibu. Tiada balasan yg lbh baik selain pahala yg dijanjikan Allah utk setiap amal baik, teriring do’a&hrpn smg Allah memberi ananda ilmu yang bermanfaat, sisa usia yg penuh barokah agar suatu saat dpt mengakhiri dunia dgn khusnul khotimah. Amin.”
Aku termenung sejenak, mencoba memahami isi dari pesan singkat yang kuterima sampai tiga karakter ini yang dikirimkan oleh ibu angkatku (dosen pembimbingg skripsi yg udah kuanggap sebagai ibuku). Aku sejenak ragu, apa beliau tidak salah kirim, akhirnya kutanyakan pada beliau apa beliau memang tidak salah kirim, akhirnya keraguan itu pun terjawab bahwa memang pesan itu adalah untukku, aku memejamkan mata, mencoba berdialog dengan hati untuk memutuskan dengan apa aku membalas pesan singkat beliau.
“Urutan rasa cinta dalam dada:
1. Kanjeng Nabi saw,
2. Ibu,
3. Ibu,
4. Ibu,
5. Bapak,
6. Keluarga,
7. Para sahabat,
8. Kaum muslimin muslimat
9. Diri sendiri.
Urutn cinta ke-2 untuk ibu kandung, urutan ke-4 utk calon ibu putra-putriku, tahukah bu! Cinta ke-3 milik siapa? Insya Allah milik ibu Eva Vaulina. Maaf kalau saya terlalu lancang mengirim sms ini, itu tidak lain karena sms ibu membuat/memaksa saya untuk mengeluarkan isi hati yang selama ini tersimpan dan hanya diri serta Allah yang tahu.”
Ah… kini malam mingguku tak lagi sepi, Allah menjawab do’a kesepianku seketika itu juga, akhirnya aku tutup dengan tidur pukul 02.00 pagi setelah sebelumnya bermain futsal dulu dengan teman-teman adikku.
Garoet, 07 02 09 20 30
08.41 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 3 Comments
Surga dan Neraka
“Dari seribu orang penghuni neraka, maka dua ratus lima puluh orang adalah laki-laki, sisanya perempuan.”
Wahai kaum perempuan, ternyata kaummu jauh lebih banyak yang menghuni neraka daripada kaumku. Maka tidakkah engkau memikirkannya?
“Satu laki-laki akan beristrikan duaratus dua perempuan disurga”
Wahai kaum perempuan, ternyata kaummu jauh lebih banyak yang menghuni syurga daripada kaumku, maka tidakkah engkau memikirkannya?
Wahai kaumku, tidakkah engkau berbahagia memiliki duaratus dua isteri- fikirkanlah
Wahai kaumku, tidakkah engkau menghawatirkan nasib dirimu bahwa di syurga kaum kita dan kaum hawa begitu jauh perbandingannya 1:202
Garoet, 08 02 09 09 00.
08.39 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 1 Comments
Gerhana Cincin
Singkat cerita gw demam, esoknya seharian gw tidur di kamar, kagak keluar sama sekali kecuali solat, makan & urusan kamar mandi. Esoknya gw mulai baikan, tapi semenjak hari itu sampe enam hari setelahnya, matahari tak jua menemuiku di siang hari, gw bingung, rindu sama dia mulai menyiksa, gw cari tau kemana dia ga pernah dapet jawabnya, enam hari itu Garut sempurna diguyur ujan dari pagi sampe pagi lagi setiap hari, akhirnya tadi malam, purnama sempurna membulat, gw Tanya aja sama dia.
“Lan! (maksudnya manggil bulan dg nama akrab), temenlu sih kemana?”
“Siapa yang kau maksud Ge?”
“Partner jaga lu yang kerja ship pagi sampe sore!”
“Oh, matahari? Dia lagi ngambek Ge!”
“Ngambek? Sama siapa?”
“Ya sama siapa lagi kalo bukan sama elu!”
Gw berfikir keras coba instropeksi dosa apa yang gw lakuin sm dia.
“Ya Allah… astagfirullah, gw lupa”
Akhirnya gw inget kesalahan gw, gw punya janji sama matahari, dan janji itu gw lewati karena gw sakit, seharian gw ga keluar kamar. Gw janjian bwt nonton pertunjukan indah saat bulan bersetubuh dengan matahari dalam gerhana cincin.
Maaf matahari!.
Garoet, 06 02 09 19 44 (kutulis karena nyesel saat gerhana cincin terjadi gw kagak bisa nonton tu keindahan karya Tuhan, maaf Tuhan, maaf Bulan dan maaf Matahari, lain kali kasih tau ya kalo mau ada gerhana!”
Read More...
08.38 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Seni Melupakan
Tam tarepang kintang-kintang.... Satu dua mungkin bisa segera lupa. Satu dua mungkin bisa segera terbiasa. Besok sudah lega, bangun dengan gembira. Tapi tiga-empat ada yang butuh waktu berbulan-bulan. Lima-enam ada yang bertahun-tahun. Tujuh-delapan malah menyiksa diri tidak sepantasnya.
Duhai, bagaimanalah urusan ini?
Pernahkah kalian bertanya, sepanjang umur kalian, berapa ribu kali kalian pernah berak? Jika kalian sekarang berumur 25 tahun, itu berarti kurang lebih 8000 hari. Jika sekali dalam sehari kalian berak, maka itu berarti ada 8000 kali berak. Jika satu kali berak, volumenya satu mangkok kecil, maka think! think! think! berak kalian sudah satu kontainer sepanjang umut kalian.... Pernahkah kalian bertanya, kemanakah berak2 itu pergi? Sedetikpun tidak. Jongkok. Berebet-bet-bet. Cuci2. Selesai. Pernahkah kalian menangis tersedu memikirkan kemana berak2 itu pergi? Sendirian di lorong2 pipa, lantas masuk ke septic tank. Atau kalau beraknya di sungai, maka tuh berak akan melanglang buana jauuh sekali. Pernahkah kalian merasa kehilangan atas berak2 itu?
Pasti tidak pernah.
Maka jika kalian ingin belajar seni kuno melupakan. Belajarlah dari kebijaksanan berak. Jika kalian patah-hati, sedih ditinggal seseorang, dikihianti, bla-bla-bla... maka sekarang anggap sajalah dia berak... bye, gak penting dipikirin lagi!
Nov 22, '07 10:19 PM
Tere-Liye
15.46 | Labels: Pena Kun-Geia, PENA Tere-Liye | 0 Comments
Apakah Kiamat Sudah Mendekat?
Apakah kiamat sudah mendekat?
Jikalau vatikan berpindah ke Makkah,
Ka’bah pindah ke Israel,
Yahudi pindah ke jawa timur?
Apakah kiamat sudah mendekat?
Jikalau mutiara lahir di gurun pasir,
kaktus lahir di kutub utara,
penguin lahir di Surabaya?
Apakah kiamat sudah mendekat?
Jikalau bahasa Sunda menjadi bahasa dunia,
Dunia memakai kulit, daging dan beras menjadi mata uang internasional,
Kulit, daging dan beras menjadi lebih mahal daripada emas?
Apakah kiamat sudah mendekat?
Jikalau Gerry Nugraha menjadi Presiden Amerika,
Barrack Obama menjadi Presiden Iran,
Ahmadi Nejad menjadi presiden Israel?
Semua itu masih terlalu jauh mungkin takkan terjadi,
Mengapa harus dipikirkan sedari dini?
Sementara yang sering terjadi,
Tak pernah mau disadari?
Apakah kiamat sudah mendekat?
Jikalau ibu sudah dianggap babu,
Bapa sudah dianggap hamba sahaya,
Dan anak menjadiakan dirinya raja diatas orang tua?
15.38 | Labels: 1. Puisi, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Hari Ini Batu Menantang Tank Baja, menang mana?
Hari ini lukaku bertambah satu, yaitu di kepala bagian kanan, sedari tadi ia merembeskan darah membasahi rambut, sisi kanan kulit kepalaku robek tertimpa reruntuhan bangunan sesaat setelah roket menghantam gedung tempat ku berlindung.
Sudah tiga hari ini aku tak makan, hanya meneguk beberapa air saja, aku tak tega jika harus berebut makanan dengan anak-anak, wanita dan orang-orang tua, kita memang sama-sama kelaparan dan kehausan, tapi mereka lebih membutuhkan asupan.
Hari ini aku bisa tersenyum lebar, dadaku terpenuhi rasa bangga, tahu kenapa? Karena tadi selepas shalat jum’at di tempat darurat bersama beberapa saudaraku, disaat kami sedang khusuk berdoa, mengadukan nasib kami pada Dia Yang Maha Mendengar, tiba-tiba tanah tempat kuberdoa bersama beberapa pejuang lain bergetar hebat, kami tak menghiraukan itu, kami terus berdoa dengan khusuk, namun lama kelamaan getaran tanah itu semakin kuat, kamipun sempat menoleh kebelakang dan ternyata sebuah tank Israel sedang mengarahkan moncongnya kearah kami dari jarak sekitar dua ratus meter, kami tidak terkejut, kami tidak takut dan kami bukanlah pengecut, kami berpaling kearah semula kami memanjatan doa, kami tak berdiri ataupun berlindung menyelamatkan diri, kami menyelesaikan dahulu doa yang sempat tertunda, setelah ditutup dengan fatihah, baru kami berdiri, dua temanku langsung mengangkat senjata dan membrondong tank itu dengan peluru, walaupun sebenarnya peluru itu lebih banyak terbuang sempurna karena tak kuasa menembus tebalnya tank baja, sedangkan aku?
Ah… aku ketika itu tak memegang senjata nyata, namun senjataku terletak dalam doa, kuambil batu disebelah kakiku, kubacakan al-fatihah, ketika sampai pada ayat Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan, Mataku terpejam, dadaku bergetar kuat, pintaku kupanjatkan untuk sebuah batu yang ada digenggaman, mataku terbuka, tanganku terayun kebelakang dan batu itu kulemparkan kearah tank yang siap memuntahkan ledakkan.
TRAANG!!!
Bunyi batu itu ketika mencium tank baja, sesaat kemudian…
BUUUMMM!!!
Tank itu meledak dari dalam, terlihat cahanya memerah keluar dari celah-celah tank, lihatlah… sebuah batu telah mengalahkan sebuah tank baja, tahu kenapa? Karena lemparan batuku tepat masuk kedalam selongsong mulut tank yang hendak meledakkan amunisinya, ah… aku sih tak berburuk sangka bahwa batu itu menyumbat selongsong tank hingga amunisi yang dilepaskannya meledak di dalam, aku sih mencoba berbaik sangka bahwa tentara-tentara Zionis yang ada di dalam tank sudah mendapatkan hidayah untuk taubat, sehingga mereka meledakkan diri sendiri untuk menebus dosa-dosa yang mereka lakukan pada kami rakyat Palestine.
Garoet, 06 01 09 00 01 (kucoba menceritakan kembali kuasa Tangan Illahi yang berbicara di tanah Gaza)
Read More...
15.36 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 1 Comments
Doa Seorang Serdadu Sebelum Berperang
Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku
Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
-biarpun bersama penyesalan-
Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah ?
Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku
W.S. rendra
Mimbar Indonesia
Th. XIV, No. 25
18 Juni 1960
15.32 | Labels: 1. Puisi, Pena Kun-Geia | 0 Comments
Jangan Dibaca Daripada Menyesal Kemudian!
Apa apaan ini, pikiran paduka buntu, ide paduka jadi kelu, imajinasi paduka bener-bener kagak mutu, kalo gini terus… jedotin aja kepala paduka sama batu! (Paduka putus asa)
Apa apaan ini …
aaaaah… (suara mendesah)
iiiiih… (suara lirih)
oooooh… ( suara apa hayo?)
Seret banget sih!
Bangun-bangun-bangun-banguuun….
Mikir-mikir-mikir-mikir-mikir-mikiiiiiir…
Nulis-nulis-nulis-nulis-nuliiiiis…
Sampai mana ya tadi??? Ya!… sampai apa-apaan ini!
Aaaaah… bukan itu, baru sampai berak yang udah jadi kerak diotak yang cekak,
Iiiiih… bukan itu, tadi udah sampai di buntunnya imajinasi paduka yang kelu kagak bermutu!
Ooooh… bukan itu, terakhir udah sampai di bagian bangunnya seret, mikirnya seret, nulisnya seret…
Makanyaaa…. paduka bangun, trus nulis aja jangan kebanyakan dipikir,
Makanyaaa… jangan berhenti nyari ide sama gali imajinasi buat investasi.
Makanyaaa… lahirin dulu di hati, olah di otak terus tulis deh pake tangan!
Jadilah tulisan ini!
Selamat… paduka kagak jadi berak yang membatu!
Ha…ha…ha…
Nyesel udah dibaca ya?
Salah sendiri dibaca! Udah diperingatin di judul malah keras kepala!
Garut, 03 02 09 21 07
Paduka lg buntu bwt nulis apaan, jadinya ngeberakin tulisan yang kagak mutu ini! Tp ada baiknya sejenak mikirin tips diatas bagi loe-loe pada yang lagi buntu nulis. Selamat mencoba!
15.28 | Labels: 2. Cerpen, Pena Kun-Geia | 4 Comments
Search
- Menjadi seperti anak kecil
- Dahsyatnya Bershalawat
- Raja Diraja
- Melihat Rasulullah dalam Tidur
- Selamat Ulang Tahun, Wahai kasihku Rasulullah….
- 70 Malaikat perlu 1000 hari untuk menulis pahala amalan ini
- Diberikan kunci Surga dan diharamkan dari api neraka, mau?
- Ketaqwaan yang Aku Cari, Bukan Kata Kata Basi
- Kata Maestro Sastra Indonesia; Ini BENCANA Besar!
- Wahai Kekasihku
- Proses Kreatif Pembuatan THE LOST JAVA
- Lomba Renensi THE LOST JAVA
- The Lost Java - Kun Geia
- THE LOST JAVA - Testimoni Rini Selly
- THE LOST JAVA - testimoni Dila Saktika Negara
- 1. Puisi (89)
- 12 rabiul awal (1)
- 2. Cerpen (61)
- 3. Artikel (30)
- 4. Pena Laboratory (4)
- 5. Resensi (7)
- 6. Download (2)
- Dzikir (1)
- Fiksi (2)
- Indonesia Bershalawat (5)
- lomba (2)
- muaulid (1)
- Muhammad (1)
- Novel (2)
- Pena Chiaki (1)
- Pena Choop (4)
- Pena Depiyh (15)
- PENA Kahlil Gibran (3)
- Pena Kun Geia (1)
- Pena Kun-Geia (153)
- Pena Langit Senja (7)
- Pena Lies (5)
- Pena Mei (7)
- Pena Sashca (5)
- PENA Tere-Liye (4)
- Rasulullah (1)
- The Lost Java (1)
Arsip
- November 2020 (4)
- Oktober 2020 (1)
- Agustus 2019 (2)
- Februari 2015 (1)
- Mei 2013 (1)
- Agustus 2012 (1)
- Juli 2012 (2)
- Juni 2012 (1)
- April 2012 (2)
- Desember 2010 (1)
- Agustus 2010 (2)
- Juli 2010 (7)
- Juni 2010 (1)
- Mei 2010 (1)
- April 2010 (2)
- Maret 2010 (5)
- Februari 2010 (6)
- Januari 2010 (1)
- Oktober 2009 (3)
- September 2009 (6)
- Agustus 2009 (16)
- Juli 2009 (15)
- Juni 2009 (8)
- Mei 2009 (7)
- April 2009 (26)
- Maret 2009 (15)
- Februari 2009 (34)
- Januari 2009 (22)
- Desember 2008 (1)
- November 2008 (6)
- Oktober 2008 (19)