"Silahkan mengutip sebagian atau seluruh tulisan di blog ini dengan SYARAT mencantumkan penaripena.blogspot.com"

Alun-Alun Garut

Semburat cahaya lembayung berjelaga dari ufuk barat, ia seolah ingin meninggalkan kartu ucapan selamat tinggal dari matanya hari untuk penduduk bumi yang dalam hitungan jam akan terpeluk gelapnya malam.

Burung-burung berseluncur menikmati kebebasan dibawah laju gerombolan awan putih yang menghiasi langit dengan lukisan bergaya abstraknya. Lampu kerlap-kerlip telah dinyalakan di sekeliling lingkaran pelataran, usil menggoda anak-anak kecil hingga mereka merengek pada ibu-bapaknya meminta diambilkan satu lampu untuknya supaya bisa dibawa kerumah.

Ya Rabb… begitu indah semua ciptaan-mu ini!
Dedaunan dari pohon-pohon raksasa berumur sangat tua kompak bergoyang meliuk kesana kemari mengikuti kehendak angin yang mesra membelai lembut untuk bersama-sama mengeja tasbih pada Yang Maha Kuasa.

Aku duduk termenung di serambi Mesjid Agung, menyaksikan berbagai kegiatan anak cucu Adam as. Aku tersenyum ketika menyaksikan beberapa pasang jantan-betina sedang berpacaran (kalo mereka udah nikah sih aku panggil suami-isteri), bercanda tertawa berdua (bertiga deng, cuma yg satunya kagak keliatan, namanya SETAN) disudut-sudut bawah pohon raksasa nan tua.

Pandanganku kualihkan, sejenak aku menikmati atraksi gratis dari anak-anak laki-laki yang sudah pantas disebut dewasa secara usia (tak tahu yg lainnya), mereka terlihat lihai menarikan sepeda-sepeda diatas udara menantang cedera dan celaka, para skateboarder-sakteboarder pun tak kalah extreme mempertontonkan keberanian mereka memainkan skateboarnya.

Mobil, motor, becak hingga pejalan kaki tak jemu-jemunya berlalu lalang menginjaki aspal di luar pelataran, namun semua itu tak membuatku kagum, yang membuatku kagum adalah…

Segerombolan anak-anak seusia adik bungsuku di kelas 5 SD lah yang membuatku terkagum bahkan sedikit bergeser rasa cemburu. Di pelataran alun-alun yang cukup luas, mereka berlari kesana-kemari mengejar bola plastik bersama-sama, berteriak-teriak…

“Oper ka aingkeun!” (Oper padaku!)
“Kehed! Undag atuh lain ngajedog wae kawas nu cacingeun!” (Kehed! Kejar atuh, bukannya diam aja kayak lagi cacingan!)
“Cacingan weh sorangan bari manyun!” (Cacingan aja sendiri sembari manyun!)
Dan percakapan-percakapan seterusnya.

ha… ha…ha… aku tak tahan menahan tawa sembari memegangi perutku mendengar percakapan-percakapan mereka.

Mereka bebas…
Mereka merdeka…
Mereka asyik sendiri…
Mereka tak mau tahu jika hari ini kurs tukar rupiah sudah merangsek di kisaran Rp 12.150 untuk satu mata uang dollar. Padahal di tempat lain para petinggi bank-bank nasional sedang kram otak memikirkan solusi untuk menjegal kenaikan dollar.

Mereka tak ambil pusing jika hari ini para pialang berbondong-bondong meninggalkan lapak judi sahamnya hingga indeks terus-terusan merosot, padahal di tempat lain orang-orang sedang antri menterapi jantung mereka yang berpenyakitan karena tak kuasa menerima berita bahwa satu lembar saham mereka yang kemarin berharga sepuluh juta, kini cuma berharga enam ratus rupiah saja.

Mereka tak cape-cape mikirin jika hari ini minyak tanah mulai langka di pasaran dan subsidi gas banyak diselewengkan aparat-aparat desa, padahal di tempat lain, ibu-ibu berdesakan menebak tingginya harga minyak tanah yang menjad rebutan, padahal ditempat lain sudah banyak rumah terbakar dan orang-orang menjadi korban ledakan tabung gas berwarna hijau muda.

Mereka tak mau tahu kalau hari ini Barrack Obama mengirimkan 17.000 tentaranya beserta senjata-senjata yang menggandeng berbagai maksud dan kepentingan ke Afghanistan, padahal di tempat lain ribuan rakyat Afghanistan sedang dicambuk berbagai perasaan yang… entahlah!

Mereka tak ambil pusing jika hari ini orang-orang tamak yang memanfaatkan keluguan dukun/tabib/dokter kecil dari jombang itu telah meraup lebih dari satu milyar rupiah dengan mengorbankan sekolah, kesehatan bahkan perkembangan psikologi sang dukun/tabib/dokter kecil pemilik watu gludug itu. Padahal di tempat lain korupsi hingga seratus dua puluh empat juta milyar disinyalir terjadi di tubuh departemen kesehatan yang seolah melarang rakyat miskin untuk tidak boleh sakit dan memasuki kerajaan mereka.

Mereka tak cape-cape mikirin jika hari ini menteri luar negri ASU (America State United) sudah menginjakkan kakinya di Ibu Kota untuk membuat kesepakatan-kesepakatan baru yang akan mencekik leher ibu pertiwi lebih kuat di masa yang akan datang. Padahal di tempat lain beratus orang dari berbagai ormas sedang berdemonstrasi menolak kedatangan wanita utusan ASU itu.

Aku cemburu pada kalian… yang kalian pedulikan hanyalah bola itu, yang kalian pikirin hanya goal itu, yang kalian pusingkan hanyalah bagaimana bekerjasama untuk meraih kemenangan.
Cukup itu saja…
Simpel…
Tidak muluk-muluk…
Tidak menindas orang lain…
Bebas…
Merdeka…

“Allahu Akbar… Allahu Akbar…”
Lantunan favorit seluruh umat muslim dibelahan dunia sudah dikumandangkan muadzin.
Aku beranjak untuk menemui-Nya di dalam maghribku. Mesjig Agung seluas 4.480 m2 yang didirikan 20 juli 1995 menjadi saksiku.

Garoet, 18 02 09 18 10

0 comments:

Posting Komentar