"Silahkan mengutip sebagian atau seluruh tulisan di blog ini dengan SYARAT mencantumkan penaripena.blogspot.com"

Hari Ini Batu Menantang Tank Baja, menang mana?

Sudah dua hari ini sekujur badanku dari leher sampai pusar dililit dengan perban, setiap lima belas menit sekali aku merasakan siksaan yang tak terperikan. Panas, perih, ngilu dan berbagai pesakitan lain berkumpul menjadi satu, benar-benar menyiksa tidak hanya sampai kulit atau daging saja, efek ledak fosfor putih itu membakar hingga ke dasar tulang.

Hari ini lukaku bertambah satu, yaitu di kepala bagian kanan, sedari tadi ia merembeskan darah membasahi rambut, sisi kanan kulit kepalaku robek tertimpa reruntuhan bangunan sesaat setelah roket menghantam gedung tempat ku berlindung.

Sudah tiga hari ini aku tak makan, hanya meneguk beberapa air saja, aku tak tega jika harus berebut makanan dengan anak-anak, wanita dan orang-orang tua, kita memang sama-sama kelaparan dan kehausan, tapi mereka lebih membutuhkan asupan.

Hari ini aku bisa tersenyum lebar, dadaku terpenuhi rasa bangga, tahu kenapa? Karena tadi selepas shalat jum’at di tempat darurat bersama beberapa saudaraku, disaat kami sedang khusuk berdoa, mengadukan nasib kami pada Dia Yang Maha Mendengar, tiba-tiba tanah tempat kuberdoa bersama beberapa pejuang lain bergetar hebat, kami tak menghiraukan itu, kami terus berdoa dengan khusuk, namun lama kelamaan getaran tanah itu semakin kuat, kamipun sempat menoleh kebelakang dan ternyata sebuah tank Israel sedang mengarahkan moncongnya kearah kami dari jarak sekitar dua ratus meter, kami tidak terkejut, kami tidak takut dan kami bukanlah pengecut, kami berpaling kearah semula kami memanjatan doa, kami tak berdiri ataupun berlindung menyelamatkan diri, kami menyelesaikan dahulu doa yang sempat tertunda, setelah ditutup dengan fatihah, baru kami berdiri, dua temanku langsung mengangkat senjata dan membrondong tank itu dengan peluru, walaupun sebenarnya peluru itu lebih banyak terbuang sempurna karena tak kuasa menembus tebalnya tank baja, sedangkan aku?

Ah… aku ketika itu tak memegang senjata nyata, namun senjataku terletak dalam doa, kuambil batu disebelah kakiku, kubacakan al-fatihah, ketika sampai pada ayat Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan, Mataku terpejam, dadaku bergetar kuat, pintaku kupanjatkan untuk sebuah batu yang ada digenggaman, mataku terbuka, tanganku terayun kebelakang dan batu itu kulemparkan kearah tank yang siap memuntahkan ledakkan.

TRAANG!!!
Bunyi batu itu ketika mencium tank baja, sesaat kemudian…
BUUUMMM!!!

Tank itu meledak dari dalam, terlihat cahanya memerah keluar dari celah-celah tank, lihatlah… sebuah batu telah mengalahkan sebuah tank baja, tahu kenapa? Karena lemparan batuku tepat masuk kedalam selongsong mulut tank yang hendak meledakkan amunisinya, ah… aku sih tak berburuk sangka bahwa batu itu menyumbat selongsong tank hingga amunisi yang dilepaskannya meledak di dalam, aku sih mencoba berbaik sangka bahwa tentara-tentara Zionis yang ada di dalam tank sudah mendapatkan hidayah untuk taubat, sehingga mereka meledakkan diri sendiri untuk menebus dosa-dosa yang mereka lakukan pada kami rakyat Palestine.

Garoet, 06 01 09 00 01 (kucoba menceritakan kembali kuasa Tangan Illahi yang berbicara di tanah Gaza)

1 comments:

Anonim mengatakan...

modar koe celeng israel!

Posting Komentar