"Silahkan mengutip sebagian atau seluruh tulisan di blog ini dengan SYARAT mencantumkan penaripena.blogspot.com"

Wake Up Man!!! They Need Your Help!!!

Tadi pagi pukul 01.34 WIB dinihari, selepas menjemput adikku di stasiun lempuyangan Jogja, kami memutuskan untuk sekedar memberi makan para penghuni perut (usus, ginjal, cacing, dll) dengan makanan seadanya di samping stasiun tugu Jogja, makanannya cukup enak, tapi bukan itu yang ingin aku perlihatkan disini.

Ketika kami sedang makan sembari bercengkrama, sorang anak kecil berusia sekitar 6-7 tahunan datang menghampiri, ia menengadahkan tangan kanannya ke arah kami, adikku pun mengeluarkan sedikit yang ia punya untuk diberikan padanya, gadis kecil itu tersenyum, mengucapkan terimakasih dan... lari dengan wajah berseri. (Lihatlah ya Allah… hamba kecilmu itu begitu senangnya memegang uang seribu dari adikku.)

Ketika kami sedang dalam perjalanan pulang ke rumah, di perempatan lampu merah jalan KH. Ahmad Dahlan (sekitar satu kilo dari Malioboro), satu lagi anak kecil berusia tak jauh beda dengan yang pertama, datang menghampiri motor kami yang terhadang lampu merah, ia menengadahkan tangannya, adikkupun kembali memberikan sedikit yang ia punya, gadis kecil itupun tersenyum dan berlari setelah mengucapkan terimakasih. (Lihatlah ya Allah… ini jam berapa? Ini sudah jam 2 pagi, dan bidadari-bidadari kecilmu masih berkeliaran di jalanan untuk mengais kehidupan.)

Dimana bapak mereka? Atau mungkin mereka tak berbapa (secara hukum negara)
Dimana ibu mereka? (aku yakin mereka pasti beribu)
Ini jam 2 pagi ya Allah… waktu bagi mereka untuk istirahat (atau mungkin bersimpu dalam shalat malam) untuk mempersiapkan sekolah mereka nanti pagi pukul 7 (atau mereka memang sudah putus dengan kosakata “sekolah”).

Dimanakah pemerintah? Kenapa yang terlihat diurusi tektek bengek pemilu melulu, teroris melulu, rebutan kursi melulu? lihatlah… jam sepagi ini anak-anak itu masih terjaga demi beberapa rupiah di kantong mereka. Dimanakah engkau wahai para pemimpinku? Tak takutkah engkau dimintai pertanggung jawaban di pengadilan akherat nanti atas kondisi rakyat jelatamu?

Dimanakah islam? Kenapa yang terdengar hanya seruan boycot produk mahluk-mahluk terkutuk itu, kenapa yang (lebih banyak) disantuni hanya saudaranya di negeri orang yang sedang dijahati perang, lihatlah… di udara sedingin ini, mereka tak berselimut, berjaket, atau sekedar beralas kaki, perut mereka kosong, kulit mereka kotor dengan debu jalanan, dimanakah engkau wahai kaumku yang berpanjikan keagungan islam?

Dimanakah keluarga mereka? Ah… aku malas membicarakannya (sudah jelas anak-anak itu ditelantarkannya, diperah keringatnya, dan tak dipikirkan masa depannya)
Dan…
Dimanakah aku?
Yang ada dibenakmu cuma nulis novel… novel… dan novel! Ngejar gelar M.Sc! nyari penghasilan sana sini untuk segera menaikki pelaminan! Tidak malukah kau dengan anak itu? Miriskah hati kau dengan keadaan mereka?
HAI… KUN-GEIA!!!
Bangunlah kau!
Pikirkan mereka, urusi mereka, lihatlah… masuklah… dan kenali kehidupan mereka, dan kau akan dipikirkan, diurusi, dilihat, dimasukki dan dikenali oleh Dzat yang telah menciptakan anak-anak itu dengan garis kehidupannya masing-masing.
Wake up man!!!
They can’t waiting again for takes what can your hand give to them.


Yogyakarta, 02 08 09 08 05 (Aku malu, maafkan aku wahai adik-adik kecilku, ketahuilah bahwa kami semua takkan pernah meninggalkanmu apalagi sampai melupakanmu, my Allah allways be with you)

0 comments:

Posting Komentar