"Silahkan mengutip sebagian atau seluruh tulisan di blog ini dengan SYARAT mencantumkan penaripena.blogspot.com"

Roman Wanita dan Laki-Laki itu

“Wanita seperti apa yang engkau inginkan suatu saat nanti mendampingimu menghabiskan sisa umur yang telah dijatahkan dalam detik usiamu?”

Wanita berkerudung panjang bergamis biru tua itu berkata sembari menatap lamat kedalam mata laki-laki itu. Mendengar rangkaian kata-katanya… jantung laki-laki itu seolah menyedot seluruh darah ke pusara dada hingga wajahnya pun memucat dibuatnya.
“Wanita sepertimu!”

Laki-laki itu menjawab dengan nada bergetar yang mengabarkan ketakutan yang tak mampu terbahasakan bahasa sastra tertinggi negara manapun. Wanita itu kemudian mengangkat kedua tangannya, memenjamkan mata dan…

“Ya Allah… aku meminta kepada-Mu dengan segala kemurahan-Mu, dalam segenap cinta dan kasih-Mu pada kekasih terbaik-Mu Rasulullah Muhammad saw, sesungguhnya Engkau tidak akan merasa kesulitan untuk memberikan pada kasihku ini wanita yang jauh lebih baik segalanya dari semua kebaikan yang saat ini ada padaku, oleh karena itu aku pun memohon dengan permohonan terbaik yang bisa kuucapkan dalam lisan dan kuyakini dalam hati…”

Satu bulir air keluar dari kelopak mata wanita itu yang sedang terpejam dalam khusuknya, ia jatuh menyusuri pipi putihnya yang meronakan cahaya memerah.

“…Berikanlah wanita itu padanya ketika waktunya tiba nanti, wanita yang selalu siap menguatkan perjuangannya dalam agama yang membuat Engkau rindha padanya, wanita yang akan selalu ada untuk meneduhkan semua gundah dan gelisahnya, wanita yang akan menjadikkan dia laki-laki paling beruntung karena telah memilikinya, wanita yang menjadi perhiasan dunia terbaik di mata suami dan agamanya, wanita yang akan memberikan keturunan mulia yang akan meneruskan perjuangan orang tuanya untuk selalu memberatkan bumi ini dengan kalimat laa ilaha ilallah muhammad rasulullah dimanapun ia berpijak di bumi-Mu, sungguh semua itu adalah mudah dan murah untuk-Mu berikan pada kekasihku ini. Amin…”

Wanita itu terdiam sejenak, kemudian membuka kedua matanya yang terpejam, seketika tumpahlah seluruh air yang tertahan oleh pejaman matanya.

“Aku mencintaimu!”
Ucap wanita itu.
Diam…
Ia Diam…
Aku Diam…

Angin seolah berhenti menghelakan napasnya…
Bumi seperti berhenti memutarkan tubuhnya…
Matahari tampak enggan untuk pergi…
Langit pun terlihat tak sudi untuk sekedar berkedip…
Mereka takut kehilangan tontonan disaat cinta, kasih dan airmata dipertunjukkan bersama dalam sebuah drama dua anak manusia yang akan segera diamuk prahara luar biasa yang memporak-porandakan rasa siapapun yang mengetahui cerita mereka.

“Selamat tinggal kasihku, semoga kau memperoleh kebahagiaan yang hakiki, sekali lagi aku takkan pernah berhenti menyayangi dan mencintai kasihku meski ia tak lagi disampingku, mungkin orang tuaku bisa membuat tubuh ini menjadi milik calon suamiku, namun siapapun tak bisa membuat hati ini menjadi milik calon suamiku, karena ia sudah ada yang memiliki, orang itu sedang berdiri meneteskan air mata dihadapanku, saat ini… sekarang ini. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.”
Itulah ucapan terakhir yang didengar laki-laki itu dari lisan wanita itu.

Napas laki-laki itu sesak dibuatnya,
Telinga laki-laki itu terbakar mendengarnya,
Jantung laki-laki itu berdegup kencang tak sabaran memompakkan darah ke seluruh sel dalam tubuhnya,
Disaat ketulusan wanita itu menjelma dalam kata,
Disaat kasih wanita itu terpahat di dalam inti dada,
Disaat cinta wanita itu memuncak dalam do’a,
Saat itulah…
Saat terakhir laki-laki itu…
Dengan wanita itu.


Yogyakarta, 01 08 09 14 00. (Dan laki-laki itupun bersumpah bahwa wanita itu adalah wanita solehah, teramat solehah, yang tak ditemukan tandingannya meski usia laki-laki itu sudah semakin merapat ke seperempat abad.)

0 comments:

Posting Komentar