"Silahkan mengutip sebagian atau seluruh tulisan di blog ini dengan SYARAT mencantumkan penaripena.blogspot.com"

Laskar Keriput, Laskar Batuk-Batuk dan Laskar Bungkuk

Kubuka notebook mungilku, kutekan tombol power, setelah windows menampakkan diri, kuhantam icon microsoft word dengan kursorku hingga dua kali.
Apa yang ingin ku tulis ya? Hmm… apa aja lah yang penting nulis.
Tapi…
Setelah dipikir-pikir…
Meski menulis sekedarnya, aku tetap tak boleh melahirkan tulisan dengan kaliber sampah!
Tulisanku akan dibaca banyak orang, dan pasti akan dimintai pertanggungjawabannya suatu saat kelak.
Ok!
Begini saja…
Karena hari ini kebetulan hari pertama puasa ramadhan, akupun akan menulis sesuatu tentangnya, dan juga kebetulan saat ini aku sedang berada di serambi Mesjid Agung Garut, mesjid yang terlalu sering menemaniku menarikan pena di kala senja mulai menjelma (biasanya sekitar pukul setengah lima sorean).
Disini begitu ramai (terlebih sekarang hari pertama puasa). Orang-orang berkumpul di lapangan halaman mesjid yang teramat luas dengan berbagai kegiatan masing-masing, ngabuburit! Itulah istilah kami menyebutnya untuk menunggu datangnya waktu buka puasa. Tapi bukan hal ini yang ingin kubicarakan, ini hanyalah muqadimah (untuk memanaskan mesin diesel di tangan, otak dan hati sehingga tulisanku bisa langsung panas).
Begini… setiap tahun, dari pertama kali aku mengenal rumah ibadah yang bernama mesjid, setiap hari pertama puasa (biasanya sampai hari ke 10 atau lebih sedikit), mesjid benar-benar sesak dipenuhi jemaah.
Laki, perempuan, (bahkan beberapa orang yang setengah pria setengah wanitapun ada), tua renta, pertengahan, muda, belia hingga anak-anak ada disana, beberapa bahkan harus pulang kerumah karena tak kebagian ruang untuk melaksanakan shalat tarawih, inilah fenomena yang ingin kubicarakan disini.
Langsung ke pokok permasalahan yang tak sabar ingin aku muntahkan!
Kenapa sampai beredar pelecehan nabi dalam bentuk karikatur?
Kenapa sampai terjadi pembantaian-pembantaian umat muslim di berbagai belahan penjuru dunia?
Kenapa kita hanya seringnya berteriak dalam harap bahwa kejayaan islam akan kembali ke tangan kita tapi kita tak pernah bisa memastikan atau bahkan memulai pengambil alihan kejayaan itu dari tangan-tangan mereka yang harusnya segera binasa?
Hmm… aku punya sedikit argumen (jika salah tolong diingatkan dan jangan pernah diikuti, jika benar tolong jangan dipuji cukuplah disampaikan pada orang lain di sekelilingmu wahai pembacaku yang budiman dan semoga selalu diridhoi Tuhanku jika kita memang memeluk agama yang sama, jika tidak minta saja sendiri pada tuhanmu, jangan pada Tuhanku)
“Itu semua terjadi karena loyalitas (kesetiaan) serta cinta sebagian umat islam tidaklah kuat pada Tuhannya yaitu Allah Azza wa Jalla”
Silahkan protes dengan argumen itu, tapi tolong selesaikan dulu membaca tulisan ini.
Saksikan saja, maghrib mungkin masih memegang rekor sebagai shalat favorit umat ini, jamaah di mesjid masih yang terbanyak dihadiri.
Sekarang beranjak ke isya, tentunya lebih sedikit dari maghrib.
Subuh? Nanti… jangan bahas yang ini dulu!
Dzuhur? Waktunya makan siang atau berada di dalam perusahaan atau sekolah atau kampus atau pasar atau pertokoan dan atau-atau-atau lainnya.

Ashar, waktu terenak merebahkan tulang punggung setelah melaksanakan aktivitas seharian.
Subuh?...
“Kebanyakan yang mendominasi mesjid adalah mereka para laskar keriput, laskar batuk-batuk dan laskar bungkuk”
Woi… dimanakah kalian wahai para generasi mudaaa…
Iron stock penerus generasi agama dan bangsaaa…
Jawabannya kalau bukan masih tertidur pastilah masih terlelap, kalau bukan masih ngorok pastilah masih ngiler, kalau bukan sedang bermimpi pastilah sedang mengigau, kalau bukan sedang dipeluk selimut pastilah mata dan telinganya sedang dikencingi setan hingga ‘assholatu khairum minannaum’ yang saling bersautan dari satu mesjid ke mesjid lainnya tak mampu menembus gendang telinga atau sekedar sedikit membukakan mata.
Jikalau zionis atau ASU (artikan dalam bahasa jawa tapi membacanya dibalik dari U diakhiri dengan A) menggempur Indonesia dalam serangan fajar, yang akan paling depan melawan tentunya laskar-laskar yang kusebutkan tadi, sedangkan kaum mudanya… prediksiku mereka banyak yang mati konyol tertimpa bom atau reruntuhan ketika sedang terlelap dalam tidurnya.
Pantaslah islam seperti ini dan masih seperti ini dan entah sampai kapan terus seperti ini.
Sekarang dimanakah kejayaan itu?
Mari kita coba dari sekarang…
Sedikit berandai tak apalah…
“Andai saja jemaah sholat wajib di masjid terutama subuh bisa sepadat, sepenuh, sebanyak, sesesak, dan se-se-se lain seperti jemaah shalat tarawih di hari pertama bulan ramadhan”
Kejayaan akan datang bersujud dengan sendirinya di kaki islam, karena ketika hamba mendekati Allah Azza wa Jalla dengan berjalan, Allah mendekatiknya dengan berlari, hamba-Nya mendekati-Nya sejengkal, Allah mendekatinya sehasta, hamba-Nya mencintai-Nya sebesar biji zarrah, Allah mencintainya sebesar alam semesta, tidak percaya?
Coba saja dekati Dia,
Coba saja cintai Dia,
Dan kau akan tahu jawaban dari apa yang masih menggema sebagai tanya dikepala.
Trust me, it works!
Lihatlah… Tuhan sedang tersenyum menyaksikanmu, Dia rindu kau dekati, Dia rindu kau cintai, maka apalagi yang kau tunggu, kejar Dia, berhkhalwatlah segera bersama-Nya.
Selamat berdua-duaan!

Garut 22 agustus 09/1 ramadhan 1430 H, pukul 05.26 (hmm… napasku mulai bunyi ngik…ngik…ngik… lagi nih, ashma tampaknya bereuni ingin ikut berbuka puasa, padahal maghrib masih setengah jam lagi)

0 comments:

Posting Komentar