"Silahkan mengutip sebagian atau seluruh tulisan di blog ini dengan SYARAT mencantumkan penaripena.blogspot.com"

17 Agustus 2009

Mari berbicara tentang kesehatan,
Mari berhitung tentang bertapa banyaknya kematian.

Mari berbicara tentang kesejahteraan,
Mari berhitung tentang bertapa banyaknya kemiskinan.

Mari berbicara tentang pendidikan,
Mari berhitung tentang bertapa banyaknya kebodohan.

Mari berbicara tentang pakaian,
Mari berhitung tentang bertapa banyaknya pencurian.

Mari berbicara tentang makanan,
Mari berhitung tentang bertapa banyaknya kelaparan.

Mari berbicara tentang papan,
Mari berhitung tentang bertapa banyaknya penggusuran.

Mari berbicara tentang keadilan,
Mari berhitung tentang bertapa banyaknya penyelewengan hukum kekuasaan.

Mari berbicara tentang perekonomian,
Mari berhitung tentang bertapa banyaknya hutang pinjaman.

Mari berbicara tentang pekerjaan,
Mari berhitung tentang bertapa banyaknya pengangguran.

Mari berbicara tentang janji kesetiaan,
Mari berhitung betapa banyaknya penghianat bertubuh manusia berprilaku hewan yang duduk di gedung senayan.

Mari berbicara tentang harta kekayaan bangsa pemberian Tuhan,
Mari berhitung betapa banyaknya penjarahan orang sendiri dan asing yang dilegalkan.

Mari berbicara tentang kemananan,
Mari berhitung tentang bertapa banyaknya penjahat yang masih berkeliaran.

Mari berbicara tentang kedaulatan,
Mari berhitung tentang bertapa banyaknya pulau yang kecolongan hak kepemilikan.

Mari berbicara tentang harga diri ibu pertiwi,
Mari berhitung tentang bertapa banyaknya penyiksaan dan kematian yang menimpa putri-putrinya di luar negeri.

Mari berbicara
Mari berhitung

Mari bicarakan tentang seberapa merdekanya Indonesia
Mari berhitung tentang bertapa banyaknya ke-tidak-merdekaan rakyatnya

Jakarta, 17 Agustus 2009 pukul 00.01 WIB (Jangan terlalu sering meneriakkan kata MERDEKA!!! MERDEKA!!!, karena yang berhak meneriakkan kata itu adalah para pahlawan yang gugur tanpa keinginan untuk disebut-sebut namanya oleh manusia-manusia setelah kegugurannya. Aku, kau, dia, dan kita yang hidup setelah mereka, cukuplah berbisik dalam hati, karena kita berteriak MERDEKA kebanyakan karena keinginan untuk disebut-sebut namanya, mereka telah memberikan harta, nyawa, dan tenaga untuk bangsa, sedang aku, kau, dia dan kita, apa yang telah diberikan? Malulah dengan teriakan MERDEKA dari lisan kita.)

0 comments:

Posting Komentar