"Silahkan mengutip sebagian atau seluruh tulisan di blog ini dengan SYARAT mencantumkan penaripena.blogspot.com"

Pelajaran 3 Madrasah Pena

Ketemu lagi di madrasah pena, kini kita akan beranjak pada pelajaran 3, maaf madrasah pena terlalu lama bersembunyi di penaripena.

Adakah sesuatu yang menghalangi jalanmu menulis? Begini cara menemukannya:
1. buatlah daftar yang mencegahmu menuliskan keinginanmu, mencegahmu menulis dengan cara yang kamu inginkan, dan mencegahmu menulis pada saat kamu menginginkannya (misalnya, “tidak ada waktu” atau “saya terlalu sibuk”, atau “saya sedang malas sekarang”).

2. bayangkan alasan-alasan ini sebagai hewan-hewan yang menjengkelkan. Mahluk apa yang kamu lihat? Seekor kelinci putih yang selalu terlambat berlari? Seekor lebah yang selalu sibuk? Seekor kungkang yang bergelantung dipohon? Mengapa hewan-hewan ini bertingkah seperti itu? Hewan manakah yang paling mewakili penghambat kreativitasmu?

3. tanyakan pada diri sendiri bagaimana cara memelihara hewan-hewan ini dengan baik agar dia tidak lagi menghalangi jalanmu. Apa makanannya? Dimana tidurnya? Kamu bahkan bisa menggambarnya, mengguntingnya dan menyimpannya bersama dengan gagasan menulismu (membayangkannya sebagai “binatang kesayangan yang menjengkelkan”) setiap kamu mendapati diri memakai alasan lama yang sama, tarik keluar binatang kesayangamu dan cari tahu apa kebutuhannya, kemudian uruslah, maka kamu dapat menulis.

Hanya Sekedar Contoh:
Daftar pencegah keinginan menulisku:
1. Malas
2. Ga ada ide
3. Capek
4. tidak percaya diri
Alasan-alasan yang menghambat kelincahan tarian penaku dalam menulis itu aku ibaratkan sebagai ular Pithon dengan panjang enam meter.

Converted:
Binatang yang menghambat tarian penaku adalah seekor ular Pithon dengan panjang sampai enam meter, kereeen ya! Sekilas memang begitu, memililki ular Pithon sepanjang enam meter yang hanya datang mengganggu ketika dalam hati terbisik keinginan untuk mengangkat pena atau sekedar nemekan-nekan tombol di atas keyboard. Memang dia tidak pernah menggigitku, tidak pernah melilitku apalagi hingga menelanku, tapi ketika aku mengangkat pena dan dalam hatiku berbisik ucapan “Duh… males nulis euy!” seketika itu juga siPithon langsung melahap penaku pun kertasku juga, setelah menelannya dia tersenyum padaku dan menjilat pipiku dengan lidahnya yang terjulur keluar.
Ketika aku akan menekan tombol-tombol keyboard dan dalam pikiranku terlahir sugesti “Aku tak punya ide neeh…” seketika itu juga si Pithon membelit laptopku dengan tubuh panjang berotot kuatnya hingga laptopku remuk takberbentuk.
Ketika aku mengucapkan capek sebelum atau sedang menulis, maka seketika itu siPithon pasti ngiler diatas kertasku hingga kertas itu menjadi tak berguna karena rusak tercuci ilernya.
Ketika aku merasa “Tulisanku kok gini-gini amat, jijik, jelek, ga mutu, de el el…” maka seketika itujuga si Pithon menggigit karya penaku dan membawanya pergi tanpa permisi, dan dia kembali dengan wajah yang begitu berseri.
Sebenarnya apa yang kau inginkan wahai Pithonku? Adalah ku ini sahabat ataukah musuhku? Atau mungkin musuh yang harus kujadikan sahabat? Atau kau ini sahabat yang harus aku musuhi? Ah… daripada pusing-pusing nyari jawabannya pada siPithon yang tak kumengerti bahasanya mendingan rasa malas itu kupoles menjadi semangat, ngerasa ga da ide kurubah menjadi optimisme, capek kukesampingkan, kaggak pede kukebumikan, hasilnya…?
Ternyata sekarang baru kusadari ternyata siPithon itu indah juga jika diperlakukan dengan semestinya, tihatlah… sisiknya mengkilap terang, taringnya putih bersih dan ilernya ternyata juga harum, setiap kali aku menarikan penaku tanpa empat masalah yang sering menghambat, siPithon selalu tersenyum menemani disampingku hingga tarian satu penaku mewujug berjuta karya. I luv u Pithonku!


Purwokerto 10 03 09 07 28.

0 comments:

Posting Komentar