"Silahkan mengutip sebagian atau seluruh tulisan di blog ini dengan SYARAT mencantumkan penaripena.blogspot.com"

Mas Gerry Melahirkan Bayi Perempuan

Keringatku keluar dari setiap pori yang bersemayam dikulitku, urat-urat dikepala dan leherku timbul tenggelam memperlihatkan diri mereka, gerah yang tak kepayang tak henti meggerayang, dan yang paling menyakitkan… mules… perutku sakit tiada tara.
“Uaaah….. huh… huh… huh…”
Aku menghela nafas yang panjang, menghimpunkan tenaga yang masih tersisa.
“Uaaah….. huh… huh… huh…”
“Uaaah….. huh… huh… huh…”
Perutku semakin sakit, sesuatu dari dalam terus memaksa untuk keluar tapi tak jua keluar.
“Uaaah….. huh… huh… huh…”
“Tarik nafasnya mas Gerry… ya bagus….! Keluarkan pelan-pelan dari mulut… bagus…! ulangi lagi… mas!”
Aku berusaha sekuat tenaga mengikuti instruksi dari bidan Hindani yang sedang mencoba membantu persalinan untuk anak pertamaku.
“Uaaah….. huh… huh… huh…”
Aku kembali mendengaus dan aku semakin lemas dalam siksaan perut yang teramat sakit, terutama dibagian gerbangku.
“Terus dorong mas Gerry, sedikit lagi… lihat! Sedikit lagi…”
Bidan Hindani terus membimbingku.
“Satu… dua… tiga… dorooong…!!!”
“Uaaah….. huh… huh… huh…”
Saking sakitnya menahan sakitnya sakit, tak terasa air mataku meleleh membasahi pipi, bunda yang sedari tadi melihatku sambil tak henti membaca do’a untuk anaknya ini mengelap air mata itu, iapun terlihat berkaca-kaca, sabarlah sayangku… aku bisa merasakan perjuangan antara hidup dan mati yang engkau rasakan, tapi percayalah engkau pasti bisa melewatinya, jikapun tidak, Allah sudah menyiapkan gelar syuhada untukmu dengan surga sebagai janji-Nya.
Bisikkan bundaku benar-benar memberiku kekuatan bumi dan langit, aku menghela nafas panjang, menghimpun tenaga dan….
“Uaaah….. huh… huh… huh…”
Menghela nafas panjang, menghimpun tenaga dan…
“Uaaah….. huh… huh… huh…”
Kepala bayiku kurasakan semakin dekat dengan ujung gerbang, aku kembali Menghela nafas panjang, menghimpun tenaga dan…
“Uaaah….. huh… huh… hu…”
Menghela nafas panjang, menghimpun tenaga dan…
“Uaaah….. huh… huh… hu…”
“Bu… sakit sekali bu… periiih… kenapa tak keluar juga…???”
Bundaku dan Bidan Menatapku.
“Terus berusaha!”
Ucap Bidan Handani.
“Terus Berdo’a!”
Ucap Bundaku.
Menghela nafas panjang, menghimpun tenaga dan…
“Uaaah….. huh… huh… huh…”
Aku sudah benar-benar kelelahan setengah mati, tenaga seolah tak bersisa, pandangan mataku sudah mulai kabur, nafasku memendek.
“Jangan menyerah mas Gerry! Ayo sedikit lagi! Putra pertamamu sudah tak sabar ingin bertemu dengan ayah yang mengandung dan melahirkannya!”
Suntikan semangat dari bidan Hindani memberiku sedikit tenaga.
Aku menghela nafas panjang, menghimpun tenaga dan…
“Uaaah….. huh… huh… huh…”
Nafasku tersenggal-senggal hebat. Sakit, ngilu, perih, nyeri, lemas.
Masih juga belum keluar, ada yang salah… ya ada yang keliru gumam hatiku, harus kuganti peganganku, aku berjuang bukan dengan Uaaah….. huh… huh… huh… tapi aku berjuang untuk anak pertamaku dengan Allah….
Aku menghela nafas panjang, menghimpun tenaga dan…
“Allah…. Allaah… Allaaah….”
Nafasku tersenggal-senggal hebat. Sakit, ngilu, perih, nyeri, lemas.
Aku menghela nafas panjang, menghimpun tenaga dan…
“Allah…. Allaah… Allaaah….”
Nafasku tersenggal-senggal hebat. Sakit, ngilu, perih, nyeri, lemas.
Aku merasakan sesuatu cairan keluar dari gerbang.
“Ayo mas Gerry, pelumas beningnya sudah keluar! Terus dorong, tinggal sedikit lagi!”
Aku menghela nafas panjang, menghimpun tenaga dan…
“Allah…. Allaah… Allaaah….”
Nafasku tersenggal-senggal hebat. Sakit, ngilu, perih, nyeri, lemas.
Aku merasakan kesakitan yang luar biasa akibat desakan dari dalam rahimku, sesuatu seperti kurasakan tersobek dengan kodrat-Nya sebagai gergang kehidupan bagi generasi umat Muhammad yang semoga semakin memberatkan kalimat Laa ilaaha Ilallah diatas muka bumi.
“Terus mas Gerry, pelumasnya sudah memerah, sedikit lagi… tinggal sedikit lagi… dorong mas Gerry… dorong sekuat tenaga…”
Bidan Hindani terus memberikan interuksi. Ya Allah… lihatlah hamba-Mu ini sedang kepayahan di jurang kematian, dengan Nama Pengasihmu, dengan Nama Penyayang-Mu, aku serahkan seluruh urusanku dan urusan anakku. Setelah aku sejenak dapat berdialog dengan Illahi di dalam hati, akupun mengeluarkan seluruh kemampuanku untuk mendorong, menekan dan memaksakan isi rahimku untuk keluar.
“Aku menghela nafas panjang, menghimpun tenaga dan…
“Ya Allah…. Ya Rabbi… Allahu Akbar….!!!”
Sakitku memuncak, ngiluku memuncak, perihku memundak, nyeriku memuncak, lemasku memuncak. Semua kepayahan yang kurasakan sudah memuncak.
Sesuatu bergerak cepat dari dalam melewati gerbang disusul dengan tumpahnya air yang kurasakan hangat membasuh gerbangku yang perih terobek.
“Ea… ea… ea…”
Suara tangisan bayi yang nyaring dan kencang seketika membahana memenuhi seisi ruang.
“Alhamdulillah…”
Ibuku tak henti-henti mengucapkan syukur, bidan Hindani menggunting sesuatu, dan menggendong bayi itu menjauh, mungkin untuk dibersihkan.
“Bayiku… bayiku…”
Suaraku lemah tak bertenaga, nafasku kali ini tidak tersenggal pandanganku mulai membiru, mataku mulai menutup sedikit-demi sedikit.
“Bayiku… bayiku…”
Suaraku kembali berbunyi lirih tak bertenaga.
“Bu bidan… bu… cepat bawa bayinya kesini!”
Ibuku setengah berteriak meminta bidan Hindani membawa bayi itu, iapun segera datang dengan bayi yang sudah diselimuti kain hangat.
Bayi itu masih menangis hebat,
Bayi itu didekatkan kearah wajahku,
“Bayinya perempuan!”
Bidan hindani lembut berbisik ditlingaku,
Bayiku masih menangis hebat.
Mataku semakin menggelap,
Mataku tak bisa melihat apa-apa lagi selain gelap,
Mataku tertutup sempurna,
Nafasku melemah,
Nafasku berhenti,
Paru-paruku melemah,
Paru-paruku berhenti,
Jantungku melemah,
Jantungku berhenti,
Aku… berhenti…
Rohku perlahan naik keatas, bisa kusaksaikan ibuku mengeluarkan tangisan setelah berucap innalillahi wa inna ilaihi roj’iun.
Dan…
Anakku seketika berhenti dari tangis hebatnya.
Ia menatapku…
Ia menyaksikan pemanggilanku…
Ia…
Menjadi menyandang gelar yatim dihari pertamanya menghirup udara Bumi.


Purwokerto,10 03 09 08 04. (He… he… bingung ya dengan tokohnya? Kok dipanggil mas Gerry? Mas itu kan identiknya sama laki-laki? Kenapa pula laki-laki melahirkan? Ah… tokoh dalam cerita ini tidaklah penting, yang penting adalah bagaimana kita bisa menghargai dan berbakti kepada siapapun wanita yang merelakan gerbangnya robek kuat dan terkadang ada yang sampai wafat sebagai syahida. Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada nama tokoh ataupun alur yang serupa, itu hanya kebetulan semata, karena… he… he… aku masih hidup sampai detik aku poostingkan tulisan ini, aku tidak hamil karena aku adalah… ya aku! Mohon maaf, karena aku belum pernah melahirkan pun melihat orang yang melahirkan, sehingga penggambaranku tidak sedramatis dan segetir aslinya ketika seorang calon ibu atau yang sudah menjadi ibu berjuang diantara hidup dan mati untuk mengeluarkan bayi dari rahim suci. Kubaktikan tulisanku untuk seluruh ibu dimanapun kalian berada!”

1 comments:

Antony mengatakan...

Bah gila wkwkwkw cowok

Posting Komentar