"Silahkan mengutip sebagian atau seluruh tulisan di blog ini dengan SYARAT mencantumkan penaripena.blogspot.com"

MADRASAH PENA Pelajaran 2

Ketemu lagi di madrasah pena, kini kita akan beranjak pada pelajaran 2.
Satu cara untuk melahirkan kreativitas adalah dengan menulis bebas yang mengharuskanmu duduk selama waktu tertentu (biasanya sepuluh menit) dan menulis tanpa henti. Kamu dapat menulis apa saja yang ada dibenakmu, mimpi semalam, atau apapun yang menurutmu memang ingin kamu tulis, intinya adalah menggerakkan roda.

Duduk dan mulailah menulis apasaja yang merayap turun dilenganmu, melalui ujung jari-jemarimu, ke halaman kertas. Jangan berhenti, paling tidak selama sepuluh menit. Terus gerakkan tanganmu walaupun kamu tidak dapat memikirkan apapun untuk ditulis kecuali ”mengapa saya menulis ini?” atau “tidak terpikir, tidak terpikir, tidak terpikir” berulang-ulang.

Contoh:

Seperti kebanyakan orang yang telah lama menimba ilmunya di dalam sebuah miniatur negara bernama kampus, hari ini akupun demikian, dihadapan para pengajar dan birokrasi kampus yang selama lima tahun tiga bulan kudiami dengan sabar, aku diberikan sebuah terusan dari nama belakangku, mereka menyebutnya sarjana sains.

Buah dari penantian panjang itu akhirnya terakhiri jua, namun benarkah semua telah berakhir, benarkah pena sudah kering untuk ditulisakan sedang kertas-kertas sudah habis digulungkan dan gairah menuntut ilmu telah menguap? Tidak… ketika semua orang yang ada disana tertawa bahagia atas terusan nama di belakang mereka, tidak halnya denganku, sejenak memang terusan nama itu terdengar gagah dan membanggakan, namun lihatlah apa yang sebenarnya disandingkan pada pundak setelah terusan itu menguntit namamu? Ketika acara pelantikan itu… hatiku benar-benar dibuat bergetar, bulu romaku berdiri dan air mata berlinang menggenang hingga hendak melonjak dari sudut mata, tahu kenapa? Bukan karena ku terlalu bahagia, bukan karena ku terlalu… ah… apalah itu yang jelas aku sungguh ngeri mendengar ucapan dari ketua sidang yudisium sarjana strata satu ketika itu:

“dengan ini maka saya resmikan saudara menjadi sarjana sains strata satu dengan berbagai hak dan kewajiban yang melekat didalamnya”

Itulah…. Kalimat itulah yang membuat sekujur tubuhku bergetar dan senyum seolah terenggut dari air mukaku, pada kalimat terakhirlah hal itu terjadi, bersama dengan melekatnya hak dan kewajiban didalamnya, kewajiban yang mana… apa yang harus aku lakukan selanjutnya… apa sangsinya jika aku mangkir, kepada siapa pertanggungjawaban kewajiban itu… atas dasar apa aku diberikan kewajiban, untuk siapa hasil kewajiban itu, dan terus… dan terus… terus… terus… hingga batin ini berteriak keras di lubuk hatinya yang terdalam atas nama kengerian kewajiban yang dilekatkan dibelakang namaku sebagai sarjana sains…

Ah… aku tak patut mencemaskan terlebih menakutkan apa yang masih gaib dari pandang dan rasaku, sejenak akupun terpekur dalam renung, kini gerbang dunia sesungguhnya mulai dibukakan, dunia yang sudah menunggu karya-karyaku, dunia yang merindukan tangan-tangan kebaikan bagi seluruh umat, ah… aku datang wahai dunia… aku telah siap dengan berjuta wahai dunia… dan akupun tak tahu lagi bagaimana mengungkapkan apa yang aku alami hari ini dalam yudisium sarjana strata satu kimia MIPA Universitas Jenderal Soedirman.
Selamat berjuang wahai S.Si. buat dunia bangga dan langit tertawa dalam kekagumannya pada karya-karyamu.

Purwokerto 19 november 2008
20.00

0 comments:

Posting Komentar