"Silahkan mengutip sebagian atau seluruh tulisan di blog ini dengan SYARAT mencantumkan penaripena.blogspot.com"
JW Marriot dan Ritz Carlton (Untuk semua yang terlibat dan dipaksa untuk terlibat)
Nyawa seperti tak ada harga dimata mereka
Ideologi buta sudah menjadi tuhan kedua
Ledakkan –ledakkan menjelma mainan utama
Untuk menunjukkan siapa mereka kepada dunia
Dimana letak tersimpannya hati nurani
Saat hak hidup sudah tak punya arti
Kemana lagi ketenangan harus dicari
Ketika teror tak pernah mau berhenti menghantui
Tak jemukah kalian dengan teriak kesakitan para korban
Masih hauskah telinga kalian untuk mendengar rintihan tangisan
Belum cukupkah semua malapetaka buatan kalian
Yang sudah terlalu banyak menghancurkan dan meluluh lantahkan
Tuhan yang sesungguhnya pasti melihat
Semua perbuatan keji kalian yang telah dicatat
Masih lebar terbuka semua pintu tobat
Sebelum kalian menjadi mayat dan azab pedih-Nya benar-benar melaknat
Yogyakarta, 17 juli 2009 pukul 09.00 (Untuk mereka… aku turut berduka cita, dan untuk kalian… aku memberikan laknat yang tak terbahasakan, dan untukmu wahai ibu pertiwi… janganlah engkau bersedih dengan kelakuan-kelakuan putra biadabmu yang tak layak kau sebut dan akui lagi sebagai putramu)
Ideologi buta sudah menjadi tuhan kedua
Ledakkan –ledakkan menjelma mainan utama
Untuk menunjukkan siapa mereka kepada dunia
Dimana letak tersimpannya hati nurani
Saat hak hidup sudah tak punya arti
Kemana lagi ketenangan harus dicari
Ketika teror tak pernah mau berhenti menghantui
Tak jemukah kalian dengan teriak kesakitan para korban
Masih hauskah telinga kalian untuk mendengar rintihan tangisan
Belum cukupkah semua malapetaka buatan kalian
Yang sudah terlalu banyak menghancurkan dan meluluh lantahkan
Tuhan yang sesungguhnya pasti melihat
Semua perbuatan keji kalian yang telah dicatat
Masih lebar terbuka semua pintu tobat
Sebelum kalian menjadi mayat dan azab pedih-Nya benar-benar melaknat
Yogyakarta, 17 juli 2009 pukul 09.00 (Untuk mereka… aku turut berduka cita, dan untuk kalian… aku memberikan laknat yang tak terbahasakan, dan untukmu wahai ibu pertiwi… janganlah engkau bersedih dengan kelakuan-kelakuan putra biadabmu yang tak layak kau sebut dan akui lagi sebagai putramu)
19.11
|
Labels:
1. Puisi,
Pena Kun-Geia
|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
- 1. Puisi (89)
- 12 rabiul awal (1)
- 2. Cerpen (61)
- 3. Artikel (30)
- 4. Pena Laboratory (4)
- 5. Resensi (7)
- 6. Download (2)
- Dzikir (1)
- Fiksi (2)
- Indonesia Bershalawat (5)
- lomba (2)
- muaulid (1)
- Muhammad (1)
- Novel (2)
- Pena Chiaki (1)
- Pena Choop (4)
- Pena Depiyh (15)
- PENA Kahlil Gibran (3)
- Pena Kun Geia (1)
- Pena Kun-Geia (153)
- Pena Langit Senja (7)
- Pena Lies (5)
- Pena Mei (7)
- Pena Sashca (5)
- PENA Tere-Liye (4)
- Rasulullah (1)
- The Lost Java (1)
Arsip
- November 2020 (4)
- Oktober 2020 (1)
- Agustus 2019 (2)
- Februari 2015 (1)
- Mei 2013 (1)
- Agustus 2012 (1)
- Juli 2012 (2)
- Juni 2012 (1)
- April 2012 (2)
- Desember 2010 (1)
- Agustus 2010 (2)
- Juli 2010 (7)
- Juni 2010 (1)
- Mei 2010 (1)
- April 2010 (2)
- Maret 2010 (5)
- Februari 2010 (6)
- Januari 2010 (1)
- Oktober 2009 (3)
- September 2009 (6)
- Agustus 2009 (16)
- Juli 2009 (15)
- Juni 2009 (8)
- Mei 2009 (7)
- April 2009 (26)
- Maret 2009 (15)
- Februari 2009 (34)
- Januari 2009 (22)
- Desember 2008 (1)
- November 2008 (6)
- Oktober 2008 (19)
0 comments:
Posting Komentar